(Lanjutan tgl 5 Mei 2019)
Mungkin ada yang berkata: "Walaupun di akhir hidup tetap tidak sempurna, tetapi orang-orang itu mungkin saja masih sempat meminta ampun kepada Tuhan (tidak seperti orang yang bunuh diri). Pandangan ini tentu saja tidak adil bagi orang-orang yang sungguh-sungguh Kristen tapi meninggal dunia secara mendadak. Bagaimana pula dengan orang yang bunuh diri tetapi masih sempat meminta ampun sesaat sebelum dia mengambil nafas terakhir? Bukankah menurut pandangan di atas orang yang bunuh diri dalam kasus seperti ini bisa masuk surga?
Hal lain lagi yang perlu ditelaah adalah ajaran Alkitab tentang dosa yang tidak dapat diampuni. Sehubungan dengan hal ini, ada dua jenis dosa: menghujat Roh Kudus (Mrk. 3:25-32; Mat. 12:32) dan dosa yang mendatangkan maut (1Yoh. 5:16-17). Sesuai dengan konteksnya, jenis yang pertama berkaitan dengan penolakan terhadap karya Roh Kudus secara terus-menerus (tidak mau percaya dan bertobat padahal bukti-bukti supranatural sudah begitu jelas). Dengan kata lain, dosa ini ditujukan pada orang-orang yang belum percaya. Jenis dosa yang kedua berhubungan dengan penolakan terhadap Yesus Kristus sebagai Allah yang menjadi manusia (1Yoh. 5:20). Orang yang beriman tampaknya dikecualikan dari dosa ini (1Yoh. 5:18). Jadi, dua jenis dosa di atas bukan ditujukan pada mereka yang sudah sungguh-sungguh bertobat. Jika memang demikian, apakah bunuh diri layak dikategorikan sebagai dosa yang tidak terampuni dan mendatangkan maut?
Yang terakhir tapi yang terpenting untuk dipertimbangkan kembali adalah karya penebusan Kristus yang sempurna. Korban-Nya sempurna, sekali untuk selamanya (Ibr. 10:11-18). Dia telah menyempurnakan setiap orang yang percaya (Ibr. 7:28-10:14). Semua dosa kita, baik di masa lalu, kini, dan nanti, sudah terbayar lunas.
Kebenaran di atas akan menjadi semakin kuat jika dihubungkan dengan janji tentang pemeliharaan ilahi. Bukankah Allah berjanji untuk memelihara apa yang baik dalam kita sampai kesudahannya (Flp. 1:6)? Bukankah tidak ada yang bisa merenggut kita dari tangan Bapa (You. 10:27-29)? Bukankah tidak ada kematian maupun satu makhluk pun yang sanggup memisahkan kita dari kasih Kristus (Rm. 8:38-39)? Bukankah kalau kita sudah dibenarkan kita juga pasti diselamatkan (Rm. 5:10)?
Sekarang tiba saatnya untuk mendekati isu ini secara pastoral. Bagi beberapa orang, kehidupan kadangkala menjadi begitu sulit dan rumit. Mereka menjalani penderitaan yang tak terkatakan. Belum lagi berbagai kelemahan pribadi (gangguan kejiwaan, kelemahan mental, dsb) yang membuat bertahan dalam penderitaan menjadi jauh lebih sukar.
Jika kita mau jujur dan rendah hati, kita akan mendapati bahwa keputusasaan yang parah bisa menghinggapi orang beriman.
Bersambung…………