Apakah Allah Harus Menyelamatkan Orang Berdosa?

Posted on 18/03/2018 | In QnA | Leave a comment

Dalam kaitan dengan keselamatan semua manusia, kita perlu memahami bahwa Allah bebas untuk menunjukkan belas-kasihan kepada siapa saja yang Dia kehendaki (Rm. 9:15-16, 18). Dia berhak mengeraskan atau melembutkan hati siapa saja yang Dia kehendaki. Kebebasan adalah salah satu sifat ilahi yang tidak boleh dikompromikan. Manusia tidak berhak untuk menentang apapun yang dikehendaki oleh Allah (Rm. 9:19-21).

Apakah hal ini bertentangan dengan keadilan-Nya? Sama sekali tidak! Semua manusia sudah berdosa di dalam Adam (Rm. 5:12-21). Tidak ada satu pun yag benar di mata Allah (Rm. 3:9-20). Seluruh natur manusia telah rusak oleh dosa (Ef. 2:1-3; 4:17-19). Jikalau Allah tidak melakukan apa-apa, semua manusia pasti akan binasa dalam dosa mereka. Manusia berdosa sudah selayaknya dihukum.

Secara filosofis pun tindakan Allah dapat dibenarkan. Keadilan berarti memberikan apa yang menjadi hak seseorang. Pertanyaannya, apakah orang berdosa berhak untuk diselamatkan? Tidak! Tidak ada seorang pun yang berhak. Seandainya Allah menghukum semua manusia berdosa sekalipun, tidak ada satu pun yang pantas merasa bahwa haknya telah dilanggar. Seandainya Dia menetapkan orang-orang fasik untuk kebinasaan (Ams. 16:4), Dia berhak melakukan itu, karena mereka memang sudah sesat sejak lahir (Mzm. 58:4).

Apakah kebebasan Allah dalam memilih siapa yang akan Dia selamatkan bertabrakan dengan kasih-Nya yang tanpa batas? Tidak juga. Sebaliknya, keputusan ini justru menegaskan keagungan kasih-Nya. Kita tahu bahwa kasih yang agung tidak muncul dari keharusan. Kasih adalah sebuah pilihan. Jikalau seseorang harus mengasihi dan menunjukkan kasih itu dalam cara tertentu (tanpa dia diberi kebebasan untuk memilih yang lain), kasih itu telah berubah menjadi kewajiban.

Tentu saja Allah mengasihi semua orang. Dia memberikan hujan dan berkat jasmani pada semua orang (Mat. 5:45). Dia mengatur musim-musim yang teratur bagi semua orang (Kis. 14:17). Walaupun demikian, Dia tidak harus mengungkapkan kasih itu kepada semua orang dengan cara yang seragam. Ada orang-orang tertentu yang diberi anugerah umum, ada pula yang diberi anugerah khusus. Justru karena semua kebaikan itu muncul dari pilihan Allah, kita bisa memahaminya sebagai salah satu bentuk kasih Allah.

Bukan hanya kasih. Itu juga kasih karunia (anugerah). Kita tidak layak untuk menerimanya, tetapi Allah toh tetap memberikannya kepada kita. Soli Deo Gloria.

Yakub Tri Handoko