Apakah Adam dan Hawa Benar-benar Figur Historis?

Posted on 08/10/2017 | In QnA | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/images/article/Apakah-Adam-dan-Hawa-Benar-benar-Figur-Historis.jpg Apakah Adam dan Hawa Benar-benar Figur Historis?

Sebagian orang mencoba memberi penafsiran yang berbeda terhadap kisah penciptaan di Kejadian 1-2. Mereka mengambil segala sesuatu dalam kisah ini secara simbolis, baik tokoh, tempat, maupun peristiwa di dalamnya. Apa yang tertulis di Kejadian 1-2 tidak lebih dari sebuah perumpamaan indah dengan muatan theologis yang menawan.

Pendekatan ini mendorong mereka untuk memahami Adam dan Hawa secara simbolis juga. Menurut mereka, nenek moyang seluruh umat manusia bukanlah Adam dan Hawa. Beberapa dari mereka bahkan menduga umat manusia tidak berasal dari satu pasangan.

Benarkah Adam dan Hawa tidak pernah ada?

Pertama-tama kita perlu mengakui bahwa narasi penciptaan mengandung unsur-unsur simbolis. Di Kejadian 2:7 nama "Adam" (’ādām) berkaitan dengan "debu tanah" (’ădāmâ). Di Kejadian 2:23 sebutan "perempuan" (’ishshâ) merupakan permainan kata dengan "laki-laki" (’îsh). Taman Eden pun sebagai simbol persekutuan dengan TUHAN yang intim. Pada saat Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka diusir dari taman itu, sebagai sebuah simbolis hilangnya persekutuan tersebut (Kej. 3:23-24).

Walaupun gaya bahasa simbolis cukup kentara di kisah penciptaan, bukan berarti segala sesuatu yang ada di dalamnya tidak historis. Sebutan "simbolis" dan "historis" pdada dirinya sendiri tidak selalu bertentangan. Maksudnya, apa yang historis bisa saja disampaikan secara simbolis. Saya percaya kasus kisah penciptaan di Alkitab termasuk dalam kasus semacam ini.

Yang terutama kita perlu mengetahui bahwa narasi ini juga menyiratkan beberapa ciri khas dari tulisan historis. Tempat terjadinya peristiwa diterangkan secara cukup detil. Lokasi Taman Eden dikaitkan dengan empat sungai; dua di antaranya masih ada sampai sekarang, yaitu Efrat dan Tigris (Kej 2:10-14). Walaupun beberapa perumpamaan juga kadangkala memuat rujukan tempat (misalnya Luk. 10:30), namun tingkat kedetilannya sangat berbeda dengan narasi di Kejadian 2.

Hal lain yang tidak kalah penting adalah sebutan "riwayat" atau "silsilah" (tôlědôt) untuk seluruh kisah penciptaan (2:4). Sebutan yang sama digunakan untuk silsilah keturunan di beberapa tempat di Kitab Kejadian (5:1; 6:9). Salah satu contoh yang perlu digarisbawahi adalah silsilah Adam (5:1-6:8; bdk. Luk. 3:23-38; Yud. 1:14). Seandainya Adam, sebagai asal-muasal seluruh daftar keturunan, bukanlah tokoh historis, bagaimana dengan nama-nama yang lain? Jika semua nama yang ada diambil secara historis, tidak ada alasan untuk mengecualikan Adam.

Alasan lain berasal dari Perjanjian Baru. Adam beberapa kali dikontraskan dengan Kristus (Rm. 5:12-21; 1Kor. 15:22, 45). Kegagalan Adam menghasilkan dosa dan kematian, sedangkan kesucian Kristus mendatangkan kebenaran bagi orang-orang pilihan. Jika konsekuensi dari kesalahan Adam sebegitu besar, mungkinkah dia hanya seorang tokoh simbolis belaka? Jika dia tokoh simbolis, bagaimana dengan Kristus? Untuk apa pula Kristus sampai mati guna menyelesaikan persoalan yang diciptakan oleh tokoh fiktif?

Dari semua petunjuk di atas satu-satunya konklusi yang paling wajar dan sederhana adalah "Adam benar-benar tokoh historis". Soli Deo Gloria.

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community