Rasul Matius memulai kisah Natal (sekaligus seluruh kitabnya) dengan silsilah Yesus Kristus (Mat 1:1-17). Penulisan silsilah ini jelas mengandung maksud theologis tertentu. Perbandingan dengan daftar silsilah lain di Alkitab menunjukkan bahwa Matius secara sengaja tidak memasukkan beberapa nama. Pengaturan silsilah menjadi 3 kelompok (masing-masing kelompok memiliki 14 keturunan) juga menguatkan maksud theologis tersebut.
Penyeleksian dan peredaksian silsilah adalah hal yang lumrah. Tatkala seorang penulis ingin menampilkan silsilah dari tokoh tertentu, ia biasanya tidak menuliskan seluruh nama yang ada. Tidak semua nama relevan dengan tujuan penulisannya. Jika dituliskan semua, orang justru akan mengalami kesulitan untuk menangkap poin yang ingin disampaikan. Jadi, sekali lagi, penyeleksian dan peredaksian silsilah bukanlah sebuah persoalan.
Persoalan justru terletak pada jumlah nama yang ada. Menurut beberapa orang, Matius telah melakukan kesalahan matematika yang sangat mendasar. Ia gagal menghitung kelompok kedua (dari Daud sampai ke pembuangan) secara tepat. Jumlah yang ada di kelompok ini bukan 14, melainkan 13.
Sebagian theolog injili berusaha menerangkan persolan ini dengan mengasumsikan nama Yoyakim dalam silsilah ini. Ia adalah anak Yosia dan ayah dari Yekhonya (1 Taw 3:15-16). Matius secara sengaja tidak menyebutkan nama Yoyakim, karena ia hanya sebagai raja boneka (bdk. Mat 1:11 “Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel”). Jika nama Yoyakim diasumsikan dihitung (walaupun tidak tertulis), maka jumlah keturunan dari Salomo ke Yoyakim tetap 14 dan dari Yekhonya ke Yesus juga 14.
Walaupun penjelasan ini tetap dapat menjadi salah satu alternatif solusi, pandangan ini sulit untuk dibenarkan maupun dibantah. Asumsi yang ada tidak didukung oleh konteks. Tidak ada petunjuk apapun yang mengarahkan kita untuk mengasumsikan nama Yoyakim dalam silsilah ini. Ini adalah alasan dari ketidakadaan (argument from silence).
Solusi yang lebih masuk akal adalah yang berfokus pada Daud. Penulis Injil Matius secara khusus menyebutkan nama Daud sebanyak dua kali (dari Abraham ke Daud, dari Daud ke pembuangan). Keterangan ini sudah sedemikian eksplisit, sehingga kita tidak perlu mengasumsikan bahwa kelompok kedua dimulai dari Salomo. Bahkan untuk menekankan nama Daud dalam silsilah ini, Matius sengaja tidak menyebutkan seorang nama pun yang hidup pada jaman pembuangan. Ia hanya menyinggung tentang peristiwa pembuangan, tetapi bukan salah tokoh dalam peristiwa itu. Seolah-olah Matius ingin menjadikan Daud sebagai sorotan utama dan satu-satunya di tengah-tangah silsilah ini.
Penekanan pada Daud ini juga konsisten dengan seluruh silsilah. Di awal silsilah ini nama Daud muncul lebih dahulu daripada Abraham (Mat 1:1 “Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham”), walaupun silsilah tetap dimulai dengan Abraham (Mat 1:2). Pengaturan ke dalam 14 keturunan di tiap kelompok juga berkaitan dengan Daud. Dalam budaya Yahudi, huruf seringkali berfungsi sebagai angka. Nah, dalam Bahasa Ibrani, nama Daud (dwd) terdiri dari abjad ke-4 (d) dan ke-6 (w). Jika dijumlahkan dwd = 4 + 6 + 4 = 14.
Pembacaan yang seksama terhadap Injil Matius juga mengukuhkan keutamaan Daud dalam injil ini. Yesus Kristus adalah Mesias dari keturunan Daud. Sebagai contoh, kisah Natal di kitab ini juga berfokus pada Daud. Yusuf disebut sebagai “Yusuf, anak Daud” (Mat 1:20). Yesus Kristus lahir sebagai raja orang Yahudi (Mat 2:2). Kelahiran-Nya pun di kota Daud, yaitu Betlehem (Mat 2:5-6).
Menurut saya, banyak orang telah membaca Matius 1:1-18 dengan fokus yang keliru. Matius tidak pernah mengatakan bahwa ada 42 keturunan dari Abraham sampai Yesus. Ia hanya menerangkan: ada 14 keturunan dari Abraham sampai Daud, 14 keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan ada 14 keturunan dari pembuangan ke Babel sampai ke Yesus Kristus. Yang kita perlu perhatikan adalah 14 nama di tiap kelompok sesuai dengan maksud Matius, yaitu nama Daud dihitung dua kali. Jika Matius ingin menghitung dari Salomo atau memasukkan salah satu nama tokoh selama pembuangan, ia pasti dengan mudah sudah melakukan hal itu. Kenyataannya, ia memang hanya bermaksud menyoroti Daud.
Melalui silsilah ini Matius ingin menunjukkan bahwa kelahiran Yesus Kristus merupakan penggenapan janji Allah kepada Daud, yaitu janji bahwa keturunannya tidak akan pernah berhenti menduduki tahta Israel (2 Sam 7:14-16). Ini merupakan bagian terpenting dalam pengharapan mesianis orang-orang Yahudi (Mat 21:9, 15; 22:42-46; bdk. Mzm 110:1). Melalui silsilah yang ada Matius berusaha menegaskan bahwa pembuangan ke Babel bukanlah rintangan bagi pemenuhan janji Allah. Allah tidak tinggal diam. Ia akan memulihkan kerajaan-Nya. Seorang raja baru dari keturunan Daud telah ada di dalam dunia, yaitu Yesus Kristus. Soli Deo Gloria.