Serial Wanita-wanita yang tidak dikenal dalam Alkitab : JANDA SARFAT

Posted on 19/05/2013 | In Do You Know ? | Leave a comment

EKSISTENSI DAN FUNGSI JANDA SARFAT

             Hampir dua pertiga isi 1 Raja 17 adalah perkembangan kisah nabi Elia dan janda Sarfat. Alkitab tidak memberi gambaran tentang nama, sejarahnya, penampilan fisiknya, usianya; Alkitab hanya memberi gambaran secara tidak langsung tentang kemiskinannya (ay.12). Pertemuan dan selanjutnya persahabatan nabi Elia dan janda Sarfat sendiripun merupakan rancangan Tuhan buat keduanya (ay. 9), dalam hal ini Elia mengetahuinya dengan jelas. Alkitab tidak memberitahukan secara jelas, hanya dikatakan bahwa Allah memerintahkan janda Sarfat untuk memelihara kehidupan Elia (ay. 9) entah dengan cara bagaimana, entah secara langsung atau sekedar kegerakan hati dengan diberi kemurahan hati untuk menerima Elia.Perjumpaan pertama janda Sarfat dengan Elia sendiri dapat dikatakan bukanlah sebuah bentuk perjumpaan yang spektakuler. Jika pada awal pasal ini digambarkan perjumpaan pertama nabi Elia dengan raja Ahab yang membawa berita penghukuman, kali ini Elia berhadapan dengan seorang janda. Elia, yang dikenal sebagai nabi Allah, datang dari sebuah perjalanan yang jauh dan itu terjadi di musim yang tidak ada hujan turun sama sekali. Pastinya sungai-sungai sepanjang perjalanan itu kering, akibatnya Elia tidak mandi berhari-hari. Apalagi penampilan Elia yang digambarkan dalam 2 Raja 1:8, “memakai pakaian bulu dan ikat pinggang kulit terikat di pinggangnya”, jauh dari gambaran kemewahan.

Janda Sarfat sebagai Pemelihara Hidup Elia

Ada sesuatu yang menarik dari kisah ini, yaitu kemurah hatian seorang janda di musim kemarau, di musim tidak ada hujan yang turun. Mungkin kemurah hatian janda Sarfat akan dipandang sebelah mata oleh pembaca modern dengan mengatakan, “pastilah, kan Tuhan yang memerintahkan di ayat 9”. Namun dengan melihat situasi dunia saat itu, tidaklah mudah untuk melakukan apa yang dilakukan janda Sarfat. Apa yang dilakukan janda Sarfat disebut dengan hukum HOSPITALITY, yaitu mau menerima kedatangan seorang asing di rumahnya, dalam arti memelihara hidup tamu asingnya tersebut. Hal ini nampak ketika Elia pertama kali bertemu dengan janda itu di pintu gerbang kota (semacam alun-alun kota); ia sedang mengumpulkan kayu untuk membuat api. Ketika Elia  meminta air dari kendinya untuk minum, wanita ini bisa saja menolak (menolak melakukan hukum Hospitality), namun wanita ini dengan segera mengambilkan air untuk Elia yang merupakan bahasa untuk mengatakan “aku menerima engkau sebagai tamuku”. Yang lebih mengagumkan lagi, hal itu terjadi di masa ketika air sulit dicari.  Namun ketika Elia meminta sepotong roti, janda itu dengan jujur (dia berkata semacam sumpah “demi Tuhan Allahmu yang hidup” yang mengindikasikan dia tahu jika Elia adalah orang Israel) mengatakan bahwa persediaan makanan yang dimilikinya saat itu adalah persediaan terakhir, setelah memakannya, dia dan anaknya akan mati. Dengan kata lain, tidak ada jatah lebih untuk Elia.

Ketika Elia meyakinkan bahwa Tuhan Allahnya akan terus memelihara hidup mereka (ay. 13-14), janda itu percaya kepada Elia, orang asing yang baru dikenalnya. Dan ketika dia percaya dan melakukan apa yang diperintahkan Elia, benar saja, persediaan makanan untuk dia, anaknya dan Elia terus berlangsung hingga Tuhan menurunkan hujan (ay. 14,16). Walaupun Alkitab tidak memberikan indikasi respon orang-orang Sarfat terhadap kedatangan Elia dan keberadaannya di rumah janda Sarfat, namun keberadaan janda Sarfat dipakai Tuhan untuk memelihara keberlangsungan hidup hamba-Nya, Elia. Namun hanya untuk itukah Elia harus jauh-jauh datang dari sungai Kerit ke Sarfat? Apakah Tuhan tidak bisa memelihara keberlangsungan hidup hamba-Nya dengan cara yang lain, yang mungkin lebih sederhana dan tidak berbelit-belit? Tidak, masih ada misi lain yang dilakukan Allah dengan menyuruh Elia pindah dari sungai kerit ke Sarfat. Tapi setidaknya, janda ini dipakai tuhan untuk memelihara hidup Elia selama musim kemarau yang panjang (sekitar 3 tahun; 1 Raja 18:1)

admin