Pada minggu lalu, kita belajar bahwa keselamatan yang berpusat pada Injil adalah keselamatan yang 100% diberikan oleh Allah melalui anugerah-Nya tanpa ada secuil pun jasa baik manusia. Ini berarti sola gratia (hanya oleh anugerah) benar-benar “sola” (hanya). Dari konsep ini, kita akan mengkritisi pandangan “sola” gratia palsu yang tidak sesuai dengan ajaran Alkitab dan merenungkan apa relevansi bagi kehidupan kita sehari-hari.
Tinjauan Kritis Terhadap “Sola” Gratia Versi Teologi Arminian
Teologi Arminian percaya bahwa Allah memilih beberapa orang untuk diselamatkan setelah Ia melihat di kemudian hari bahwa mereka akhirnya percaya kepada Kristus, kemudian Allah memberikan anugerah pendahuluan kepada semua orang tanpa kecuali yang memungkinkan beberapa orang dapat percaya kepada Kristus dan diselamatkan. Namun anugerah pendahuluan ini dapat ditolak. Ketika mereka percaya kepada Kristus, mereka mendapat anugerah pembenaran dan pemuliaan (http://evangelicalarminians.org/matt-oreilly-common-grace-vs-prevenient-grace-whats-the-difference/). Mereka yang percaya ini tetap harus bertekun di dalam imannya agar mereka mendapat keselamatan penuh.
Di satu sisi, kita bisa menghargai Arminian yang mengajarkan anugerah Allah yang memampukan orang berdosa untuk percaya kepada Kristus, namun problem utama di balik teologi ini adalah anugerah Allah tersebut tidak efektif. Anggap saja: Allah memberikan anugerah pendahuluan kepada 10 orang yang memungkinkan mereka percaya kepada Kristus dan diselamatkan, namun karena anugerah ini bisa ditolak, maka hanya 4 orang yang percaya kepada Kristus. Pertanyaan selanjutnya, apakah 6 orang sisanya mendapat anugerah Allah juga? Kalau mereka mendapat anugerah, mengapa tidak percaya kepada Kristus? Berarti orang bisa percaya kepada Kristus bukan hanya karena anugerah Allah, tetapi anugerah + kemauan 4 orang tersebut kan? Ini jelas bukan sola gratia. Konsep ini jelas bertentangan dengan Efesus 2:8-9. Selain itu, bagaimana “nasib” anugerah pendahuluan Allah pada 6 orang tadi? Anugerah Allah menjadi sia-sia pada mereka. Kalau anugerah Allah sia-sia, maka ada 1 aspek karya Allah yang sia-sia. Jika ada 1 aspek karya Allah yang sia-sia, maka bukankah itu berarti Allah tidak Mahakuasa? Masa Allah yang Mahakuasa kalah dengan manusia yang tidak mahakuasa?
Anugerah Allah juga tidak efektif menjaga keselamatan umat-Nya. Teologi Arminian percaya, “Anugerah Allah juga yang memampukan orang-orang percaya untuk terus beriman serta baik dalam pemikiran, kemauan, dan perbuatan, sehingga semua perbuatan baik … harus dianggap sebagai anugerah Allah” (http://evangelicalarminians.org/statement-of-faith/). Namun di website yang sama, mereka juga percaya, “bertahan dalam iman diperlukan untuk keselamatan akhir” (Ibid.). Dengan kata lain, bagi Arminian, orang percaya HARUS bertahan dalam iman (meskipun oleh anugerah Allah) agar ia dapat diselamatkan secara penuh. Teologi Reformed juga percaya tentang Ketekunan Orang-orang Kudus yang berarti kepastian jaminan keselamatan orang percaya “tidak terlepas dari ketekunan mereka” (Mat. 10:22) dan “orang-orang percaya bertekun hanya karena Allah di dalam kasih-Nya yang tidak berubah memampukan mereka untuk bertekun” (Anthony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, 315-316). Lalu, apa bedanya dengan Arminian? Bedanya adalah di dalam teologi Reformed, Anthony A. Hoekema menjelaskan, “Kaum Calvinis percaya bahwa Allah tidak pernah akan mengizinkan mereka yang telah dikaruniai iman sejati oleh-Nya untuk meninggalkan imannya” (Ibid., 314). ,
Dengan kata lain, bagi teologi Reformed, orang percaya bukan hanya harus bertahan di dalam penderitaan, tetapi PASTI bertahan karena Allah yang menopang mereka. Tidak ada satu waktu pun di mana mereka tidak bisa bertahan. Di 1 Petrus 1:5-6, Petrus mengajarkan, “5 Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. 6 Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.” Penerima surat 1 Petrus ini jelas sedang mengalami penderitaan (1:6), namun Petrus menguatkan mereka bahwa Allah dengan kuasa-Nya akan memelihara mereka melalui iman mereka bagi keselamatan yang akan dinyatakan kelak di zaman akhir. Oleh karena itu, mereka tetap bersukacita.
Tinjauan Kritis Terhadap “Sola” Gratia Versi Teologi Pdt. Dr. Erastus Sabdono
Pandangan berikutnya, Pdt. Erastus Sabdono mengajarkan bahwa keselamatan itu terdiri dari bagian Allah dan manusia. Kita diselamatkan oleh anugerah Allah, namun “manusia yang menjadi obyek keselamatan harus merespon keselamatan tersebut dengan tanggung jawab.” Perhatikan kata “harus.” Kata ini menunjukkan bahwa anugerah Allah akan menjadi sia-sia jika manusia tidak meresponinya. Hal ini dibuktikan oleh perkataan Pdt. Erastus di bukunya, “Tuhan tidak menghendaki seorang pun binasa, tetapi Ia tidak bisa menyelamatkan mereka yang tidak bersedia diselamatkan (2Ptr. 3:9)” (Erastus Sabdono, Apakah Keselamatan Bisa Hilang?, 16). Dari kalimat ini, kita dapat menyimpulkan secara logis bahwa Allah tidak Mahakuasa karena Ia tidak bisa berbuat apa-apa kalau manusia tidak menanggapi anugerah-Nya. Apakah ini disebut sola gratia? Tidak.
Lalu bagaimana dengan pandangan Pdt. Erastus tentang tafsiran Filipi 2:12-13: manusia menyelesaikan keselamatan dan Allah yang membantu? Kata “kerjakanlah” di ayat 12 dalam teks Yunaninya katergazesthe berasal dari kata katergazomai. Menurut leksikon Yunani terpercaya BDAG (A Greek-English lexicon of the New Testament and other early Christian literature), kata katergazomai dalam konteks ini berarti “menyebabkan keadaan atau kondisi, menghasilkan, memproduksi, menciptakan” (BDAG, s.v. “κατεργάζομαι”). Dengan kata lain, “kerjakanlah keselamatanmu” berarti “hasilkanlah keselamatanmu.” Tidak ada tendensi sama sekali untuk menyelesaikan keselamatan. Memang kata ini juga bisa berarti “menyelesaikan,” tetapi arti kata ini hanya cocok di beberapa teks, misalnya: Roma 1:27; 2:9; 7:15, 17, 20; 13:10; 15:18; Efesus 6:13; 1 Korintus 5:3; 2 Korintus 12:12; 1 Petrus 4:3; Yakobus 1:20. Dengan kata lain, meskipun satu kata Yunani memiliki beragam makna, tapi makna aslinya ditentukan dari konteksnya. Memaksakan satu kata Yunani dengan beragam makna tanpa memperhatikan konteksnya akan menghasilkan keanehan makna. Contoh: kalau katergazomai diterjemahkan “menyelesaikan,” maka bagaimana Pdt. Erastus menerjemahkan Roma 5:3, “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan”? Kata “menimbulkan” dalam teks Yunaninya adalah katergazomai. Sesuai dengan tafsiran Pdt. Erastus, kata ini berarti “menyelesaikan,” maka kesimpulan Roma 5:3 adalah kesengsaraan menyelesaikan ketekunan. Tafsiran ini merupakan suatu keanehan. Terjemahan/tafsiran yang benar dari Roma 5:3 adalah kesengsaraan menghasilkan atau menimbulkan/mengakibatkan, bukan menyelesaikan ketekunan.
Lalu, menurut Pdt. Erastus, kata “mengerjakan” di ayat 13 berarti Allah cuma membantu manusia yang menyelesaikan keselamatan. Benarkah demikian? Kata Yunani “mengerjakan” adalah energōn yang berasal dari kata energeō. BDAG menerjemahkannya, “untuk menerapkan kemampuan seseorang ke dalam operasi, bekerja, aktif, beroperasi, efektif.” Singkatnya, “karena Allahlah yang secara aktif/efektif bekerja di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.” Ini berarti Allah bukan membantu (secara pasif) manusia menyelesaikan keselamatan, tetapi Ia secara aktif mendorong umat-Nya mengerjakan keselamatan.
Relevansi
Apakah konsep di atas hanya sekadar perdebatan teologis yang tidak relevan? Tidak. Kalau orang Kristen bener-benar percaya bahwa keselamatan kita murni anugerah Allah tanpa embel-embel jasa baik manusia, maka mereka sadar bahwa mereka benar-benar tidak layak diselamatkan-Nya, lalu bergantung kepada anugerah-Nya, dan makin giat bertanggung jawab sebagai respons terhadap anugerah-Nya yang luar biasa. Randy Smith berkata, “Bukti kita benar-benar memahami anugerah Allah akan terlihat dari keinginan dan kemampuan kita untuk menunjukkan anugerah Allah.” Kalau ada orang Reformed yang sombong rohani, maka itu bukan Reformed, karena Reformed sejati benar-benar sola gratia. Namun mereka yang percaya bahwa keselamatan karena anugerah dan jasa baik akan menghasilkan orang-orang Kristen yang mengerti bahwa mereka diselamatkan oleh anugerah Allah, namun sambil membanggakan diri bahwa mereka menanggapi anugerah-Nya dengan iman mereka dan menyelesaikan karya-Nya. Dengan kata lain, mereka menjadi pribadi-pribadi yang “sombong rohani” karena merasa sudah menyelesaikan karya keselamatan Allah. Tidak heran, beberapa penganut keselamatan karena anugerah dan jasa baik adalah orang-orang yang merasa sudah paling Alkitabiah dan menganggap Reformed sesat.