Istilah “doktrin” dimaknai dan disikapi secara berbeda oleh orang-orang Kristen. Di satu sisi sebagian orang menganggap doktrin sebagai ajaran teoritis yang tidak mempengaruhi keselamatan sama sekali. Yang penting adalah kesungguhan dalam mengikuti Allah. Di sisi lain sebagian orang terlalu menekankan teologi aliran tertentu sebagai patokan kebenaran. Yang tidak sesuai dengan kerangka teologisnya dianggap tidak diselamatkan atau – paling tidak – disesat-sesatkan.
Sejauh mana kita sebaiknya membuka ruang bagi perbedaan doktrin? Secara lebih spesifik, sejauh mana doktrin seseorang bisa mempengaruhi keselamatannya?
Alkitab mengajarkan bahwa keselamatan sangat berkaitan dengan konsep teologis seseorang. Yesus Kristus sendiri mengatakan: “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh. 17:3). Dalam suratnya yang pertama Rasul Yohanes menyinggung tentang dosa yang mendatangkan maut (5:16-17), yaitu ketidakpercayaan terhadap doktrin-doktrin dasar: Yesus adalah Mesias (5:1), Anak Allah (5:5-6), dan Juruselamat (5:10-11). Paulus menandaskan bahwa keselamatan didasarkan pada pengakuan seseorang yang sungguh-sungguh terhadap tiga hal: kematian, kebangkitan dan ke-Tuhanan Yesus Kristus (Rm. 10:9-10).
Dari data di atas terlihat bahwa doktrin memang turut menentukan keselamatan seseorang. Tidak cukup bagi seseorang hanya untuk menjalankan ritual atau menunjukkan kesungguhan. Ajaran yang sesat bahkan dapat membahayakan kerohanian seseorang, misalnya injil yang palsu (Gal. 1:6-9) atau keterikatan pada konsep religius yang lama (1Kor. 8:7-13).
Doktrin bukan hanya menentukan keselamatan. Doktrin juga bermanfaat dalam pertumbuhan rohani. Tidak ada kerohanian yang sehat tanpa doktrin yang tepat. Teologi yang benar berpengaruh pada relasi dengan Tuhan. Semakin kita mengenal Allah, semakin kita mengenal diri kita sendiri, begitu pula sebaliknya (John Calvin).
Dengan cara yang sama pengetahuan teologis seseorang turut menjadi tolok ukur kerohanian. Alkitab mengajarkan tentang makanan keras yang belum mampu dicerna oleh orang-orang tertentu yang masih kanak-kanak (Yoh. 6:60, 66; 1Kor. 3:1-2). Mereka yang masih berkutat pada doktrin-doktrin dasar saja adalah orang-orang Kristen yang belum dewasa (Ibr. 5:12-14; 6:1-3). Mereka seharusnya bertumbuh melalui dan melampaui doktrin-doktrin itu.
Walaupun doktrin memegang peranan vital bagi keselamatan dan kerohanian, kita harus berhati-hati untuk tidak melangkah terlalu jauh. Ada doktrin-doktrin yang primer, ada pula yang sekunder dan tertier. Dalam hal-hal yang pokok harus sama, dalam hal-hal yang tidak pokok boleh berbeda, dan dalam segala hal adalah kasih.
Di samping tingkatan doktrin, ada juga tingkat kepastian kebenarannya. Beberapa doktrin mendapatkan dukungan yang begitu kuat dari Alkitab. Ada beberapa doktrin yang dukungan Alkitabnya tidak seberapa meyakinkan. Dalam situasi seperti ini kita perlu lebih memperhatikan ajaran-ajaran yang jelas dan menjadikan itu sebagai salah satu tolok ukur dalam menilai doktrin-doktrin yang kurang jelas. Soli Deo Gloria.
Photo by Debby Hudson on Unsplash