Seberapa Jauh Orang Kristen Perlu Belajar Teologi?

Posted on 19/06/2022 | In QnA | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2022/07/Seberapa-Jauh-Orang-Kristen-Perlu-Belajar-Teologi.jpg Seberapa Jauh Orang Kristen Perlu Belajar Teologi?

Tidak semua orang Kristen memiliki sikap yang seragam terhadap nilai penting teologi. Sebagian menganggap teologi tidak terlalu penting, bahkan tidak jarang malah dinilai kontraproduktif, bagi pertumbuhan spiritual. Peminat teologi kadang menunjukkan arogansi dan suka menghakimi. Sebagian yang lain memberi penekanan yang berlebihan seolah-olah satu-satunya cara bagi orang Kristen untuk mengalami pertumbuhan rohani adalah melalui belajar teologi secara mendalam.

Apakah teologi memang penting bagi pertumbuhan rohani? Seberapa jauh setiap orang Kristen perlu mempelajarinya?

Sebelum menjawab dua pertanyaan ini, kita perlu menegaskan lebih dahulu bahwa pada dasarnya setiap orang pasti berteologi. Semua orang memiliki konsep tertentu tentang Allah. Semua orang memegang keyakinan tertentu seputar manusia, dosa, keselamatan, dan sebagainya. Jadi, semua orang pasti memiliki teologi. Yang berbeda hanyalah jenis teologi, cara berteologi, dan tingkat kedalamannya saja.

Alkitab sendiri secara konsisten mengajarkan pentingnya teologi (yang benar). Orang-orang Saduki dinilai sesat oleh Yesus Kristus karena tidak memahami kitab suci maupun kuasa Allah (Mat. 22:29). Indikator pertumbuhan rohani yang sehat juga mencakup teologi yang tepat: “sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Ef. 4:13). Bahkan “kesalehan” yang tidak dilandaskan pada ajaran yang benar merupakan sebuah kesalahan (Kol. 2:18-23). Kesalehan tidak terpisahkan dari pengenalan tentang Allah yang benar (2Pet. 1:3). Tidak heran Petrus beberapa mendoakan agar penerima suratnya bertumbuh dalam pengenalan tentang Allah (2Pet. 1:2; 3:18). Teologi (yang benar) sangat diperlukan bagi pertumbuhan spiritual.

Sejauh mana setiap orang Kristen perlu mendalami teologi? Pertanyaan ini sukar dijawab dengan pasti. Situasi setiap orang berbeda. Cara seseorang bertumbuh secara spiritual juga berbeda-beda. Beberapa orang memiliki kemampuan intelektual yang memadai dan kesempatan yang mudah untuk belajar teologi. Mereka mungkin juga lebih banyak bertumbuh melalui jalur “pengetahuan.”

Di sisi lain ada orang-orang Kristen tertentu yang tidak memiliki keuntungan seperti tadi. Mereka adalah orang-orang yang sederhana dalam banyak hal. Pergumulan hidupnya juga mungkin tidak menuntut penjelasan teologi yang rumit. Mereka lebih bertumbuh melalui jalur lain (komunitas, disiplin rohani, dan sebagainya).

Seberapa jauh kebutuhan seseorang untuk belajar teologi juga berkaitan dengan panggilan yang Allah sediakan bagi dia. Sebagian orang mungkin memiliki kebutuhan yang jauh lebih besar karena situasi pelayanan dan kehidupan mengharuskan dia untuk menggumuli teologi secara lebih khusus. Mungkin ada orang-orang kritis tertentu yang perlu dijangkau dan dilayani.

Terlepas dari keragaman pribadi, kehidupan, dan pelayanan yang ada, setiap orang Kristen paling tidak harus memahami Injil dengan benar. Roma 10:9-10 memberikan standar minimal yang diperlukan untuk keselamatan, yaitu mengakui dan meyakini Yesus sebagai Tuhan yang bangkit dari antara orang-orang mati. Dari ayat ini terlihat bahwa setiap orang Kristen paling tidak perlu memahami ke-Tuhanan, kematian, dan kebangkitan Kristus. Memahami bukan hanya mengetahui “apa,” tetapi juga “mengapa.” Bukan hanya tahu tentang fakta, tetapi juga maknanya. Ini adalah standar minimal untuk memahami keselamatan.

Jika ingin mengalami pertumbuhan rohani dengan baik, setiap orang Kristen juga perlu memahami beberapa pengakuan iman eukumenis (Pengakuan Iman Rasuli, Nicea-Konstantinopel, dan Kalsedon). Tiga kredo ini dirumuskan oleh para pemikir Kristen sejak abad permulaan. Hampir semua doktrin dasar yang penting dalam kekristenan sudah tercakup dalam tiga kredo ini. Secara khusus, mereka mengajarkan aspek-aspek yang terpenting seputar Yesus Kristus. Tiga kredo ini paling tidak bisa menjadi sauh yang aman dalam menghadapi arus kesesatan dan liberalisme dalam gereja. Soli Deo Gloria.

Photo by Hannah Busing on Unsplash
https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community