Konsep tentang kebangkitan tubuh tentu tidak asing bagi banyak orang Kristen. Gereja-gereja tertentu yang rutin mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli dalam ibadah mereka pasti sudah mengetahui butir “(Aku percaya) kebangkitan orang mati.” Sebenarnya, sesuai dengan versi yang lebih asli, frasa ini seharusnya diterjemahkan “kebangkitan tubuh/daging.” Alkitab tidak sekadar mengajarkan tentang kebangkitan orang mati (secara umum), tetapi kebangkitan tubuh/daging (secara spesifik).
Walaupun butir pengakuan iman di atas sudah populer di kalangan orang Kristen, tidak sedikit orang Kristen yang masih tidak mengetahui maknanya. Ada beberapa hal tentang doktrin ini yang masih sering ditanyakan. Hal ini memang wajar. Alkitab hanya beberapa kali menyinggung tentang kebenaran ini. Bagian yang cukup lengkap mengupas ini ada di 1 Korintus 15. Itupun tidak bisa dikatakan sebagai uraian yang sangat lengkap.
Nah, salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah: “Seberapa banyak yang akan diubahkan dalam tubuh kebangkitan?” Maksudnya, apakah tubuh kebangkitan nanti akan sama persis dengan tubuh alamiah yang sekarang? Secara umum pertanyaan ini tidak terlalu sukar untuk dijawab. Berdasarkan 1 Korintus 15, ada kesamaan dan perbedaan, ada kesinambungan dan keterputusan. Analogi yang diberikan oleh Paulus adalah tentang biji dan tanaman yang dihasilkannya (15:36-38). Biji tidak akan menjadi tanaman jika tidak lebih dahulu mati dan ditanam ke dalam tanah. Selanjutnya biji akan berubah menjadi tanaman sesuai dengan jenisnya. Dari biji kita bisa mengenali tanamannya, dan sebaliknya. Bagaimanapun, biji tetap bisa dibedakan dari tanamannya. Begitulah kira-kira kaitan antara tubuh alamiah sekarang dengan tubuh kebangkitan kelak.
Lalu bagaimana kita menarik batasan antara kesinambungan dan keterputusan? Pertanyaan ini gampang-gampang susah. Gampang, karena ada jawaban umum yang cukup aman. Susah, karena kita tetap tidak bisa mengetahui semua hal detailnya.
Saya sendiri memilih batasan ini: segala sesuatu yang ada pada tubuh kita yang merupakan akibat dosa kelak akan dipulihkan. Alkitab secara konsisten mengajarkan bahwa dosa dalam dunia telah membawa begitu banyak yang buruk. Ada penyakit, kecacatan, dan kematian. Semua yang menimbulkan penderitaan ini akan dihapuskan (Why. 21:3-4). Segala penyakit telah dipikul oleh Kristus. Kita akan diberi tubuh yang tidak dapat binasa.
Jika batasan di atas diterima, kita tidak usah berharap bahwa semua hal dalam tubuh kita akan diubahkan, apalagi jika hal itu berhubungan dengan individualitas dan identitas kita. Sebagai contoh, hidung pesek tidak akan diubah, karena hal itu pada dirinya sendiri tidak buruk dan bukan akibat dari dosa. Warna kulit juga tidak akan mengalami perubahan dengan alasan yang sama. Bentuk hidung dan warna kulit sebagai patokan kecantikan atau kegantengan hanyalah nilai kultural. Manusia yang menciptakan. Hal-hal itu tidak boleh mendefinisikan nilai seseorang.
Alkitab memberikan sebuah contoh tersirat bahwa identitas seseorang yang berhubungan dengan tubuhnya secara alamiah dan yang bukan merupakan akibat dosa tidak akan mengalami perubahan pada waktu kebangkitan di akhir zaman. Salah satu pemandangan yang dilihat oleh Yohanes di sorga adalah berkumpulnya begitu banyak orang “dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa” di hadapan tahta Allah (Why. 7:9). Fakta bahwa semua orang tersebut dapat dikenali berdasarkan perbedaan rasial mereka menunjukkan bahwa orang-orang itu tetap membawa atribut atnis mereka, termasuk ciri-ciri anatomi tubuh mereka. Bentuk wajah, jenis rambut, warna kulit, tinggi badan dan ciri-ciri fisik lainnya yang pada dirinya sendiri bukanlah sesuatu yang buruk (baca: akibat dari dosa) tetap akan terus ada. Orang Tionghoa tetap memiliki mata yang sipit. Orang Papua tetap akan berkulit gelap. Orang Ambon tetap akan memiliki rambut keriting. Tidak ada yang salah dengan semua ini. Tidak ada yang perlu diubah. Nilai diri seseorang tidak ditentukan oleh semuanya itu. Soli Deo Gloria.