Mungkin kita sudah mengenal cerita tentang salah satu tokoh Alkitab, yaitu Samuel, dengan sangat baik. Kisah tentang ibunya, Hana yang dimadu dan dihina oleh Penina, istri kedua ayahnya, Elkana, karena Hana mandul, merupakan cerita sedih. Tetapi kisah ini berakhir gembira ketika akhirnya Tuhan memberikan anak kepada Hana yang dinamainya dengan Samuel, artinya yang diminta dari Tuhan. Dan seperti nazarnya pada Tuhan, yaitu bahwa Hana akan memberikan kepada Tuhan anaknya jika memang dia bisa memiliki anak (1 Sam 1:11), maka Hanapun mempersembahkan Samuel untuk melayani Tuhan (1 Sam. 1:27-28).
Samuel pun melayani di rumah Allah di Silo di bawah pengawasan imam Eli (1 Sam. 3:1) dan yang menarik dikatakan demikian : Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan (1 Sam. 2:18). Dengan keterangan bahwa Samuel memakai ‘efod dari kain lenan’ memberi indikasi bahwa dia merupakan bagian dari imam (bdg. 1 Sam 2:28; 14:3; 22:18). Dan dalam kisah selanjutnya peranan Samuel sebagai imam nampak ketika dia memimpin bangsa Israel melakukan persembahan korban bakaran : ‘Sesudah itu Samuel mengambil seekor anak domba yang menyusu, lalu mempersembahkan seluruhnya kepada TUHAN sebagai korban bakaran. Dan ketika Samuel berseru kepada TUHAN bagi orang Israel, maka TUHAN menjawab dia’ (1 Sam 7:9). Tidak ada sesuatu yang kesannya salah dengan tugas Samuel. Namun ada yang mempertanyakan tentang asal usul Samuel yang sangat erat hubungannya dengan tugasnya sebagai imam.
Dalam 1 Sam. 1:1 dikatakan : Ada seorang laki-laki dari Ramataim-Zofim, dari pegunungan Efraim, namanya Elkana bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim. Elkana adalah bapak dari Samuel. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa Samuel berasal dari suku Efraim. Dengan garis keturunan Samuel yang berasal dari keturunan Efraim, sedangkan dia adalah seorang imam, maka hal ini akan menimbulkan pertanyaan. Bukankah seorang imam harus berasal dari garis keturunan suku Lewi dan secara khusus keturunan Harun? Mengapa dalan hal kisah Samuel ini terdapat semacam ‘perkecualian’ (imam dari keturunan Efraim)? Ataukah sudah ada perubahan ketetapan tentang keimaman?
Tetapi dalam catatan Alkitab yang lain, Samuel dan bapaknya serta leluhurnya, semuanya berasal dari suku Lewi. Dalam 1 Taw. 6 dikatakan : ‘Inilah kaum-kaum suku Lewi dalam puak-puak mereka:…’ (ay. 19) dan dilanjutkan dengan : ‘….dan anak orang ini ialah Eliab, dan anak orang ini ialah Yeroham, dan anak orang ini ialah Elkana’ (ay. 27). ‘Anak-anak Samuel ialah Yoel, anak sulung dan anak yang kedua ialah Abia’ (ay. 28). Hal ini juga dipertegas di bagian selanjutnya ketika dikatakan : ‘Di hadapan Kemah Suci, yakni Kemah Pertemuan, mereka melayani sebagai penyanyi sampai Salomo mendirikan rumah TUHAN di Yerusalem. Mereka melakukan tugas jabatannya sesuai dengan peraturannya. Inilah orang-orang yang memegang tugas itu dengan anak-anak mereka: dari bani Kehat ialah Heman, penyanyi itu, anak Yoel bin Samuel bin Elkana bin Yeroham bin Eliel bin Toah’ (1 Taw. 6:32-34). Intinya adalah, di dalam keterangan daftar keturunan di 1 Taw. 6 ini Samuel dikategorikan sebagai anggota dari suku Lewi.
Dengan data di atas, ada dua issue yang setidaknya perlu dibahas. Pertama, apakah Samuel ini berasal dari suku Lewi atau Efraim? Data manakah yang benar, 1 Samuel 1 atau 1 Taw 6? Jika jawabannya adalah bahwa Samuel berasal dari suku Lewi, maka akan mudah menjelaskan Samuel yang berfungsi sebagai imam karena dia memang berasal dari suku Lewi yang memang bertugas dalam keimaman. Kedua, jika memang jawabannya adalah bahwa Samuel berasal dari suku Lewi, bagaimana menjelaskan pemaparan yang sangat detil tentang Elkana, bapak Samuel, yang berasal dari suku Efraim dalam 1 Samual 1:1? Apakah pemaparan itu salah?
Bersambung………..