(Lanjutan tgl 14 Oktober 2018)
- frase hatan biasanya dipakai untuk merujuk pada ‘kekerabatan melalui perkawinan’, sedangkan hatan damim berarti ‘kekerabatan berdasarkan hubungan darah melalui perkawinan’. Ziporah, melalui tindakannya yang menyunat anaknya dan secara simbolis menyentuhkan kulit katan anaknya kepada Musa, dipandang telah membangun sejenis ‘kekerabatan berdasarkan hubungan darah’ dengan Musa, suatu hubungan dengan keluarga besar Musa, yaitu umat Israel. Pemikiran ini didasarkan asumsi bahwa Tuhan menyerang Musa karena istri dan anaknya bukan merupakan bagian dari umat Israel. Itulah asal mula ucapan Zipora kepada Musa ‘hatan damim‘. Jika sebelumnya Zipora memiliki hubungan dengan Musa karena perkawinan mereka, bukan karena hubungan darah, maka melalui ucapan dan tindaknnya dalam ay. 24-26 Zipora telah membangun hubungan darah dengan Musa (R. and E. Blum)
Masih banyak jenis penafsiran lainnya yang tidak mungkin disampaikan di sini yang berhubungan dengan frase ‘hatan damim‘ ini. Masing-masing didukung dengan data yang cukup kuat. Hal ini membuktikan bahwa bagian ini sangat tidak mudah untuk dipahami hanya dengan mempelajari penggunaan frase ‘hatan damim‘.
BAGAIMANA MEMAHAMI KELUARAN 4:24-26?
Di tengah bervariasinya pendekatan sekaligus penafsiran terhadap Kel. 4:24-26 (seperti beberapa contoh sebelumnya), maka mungkin agak terdengar berlebihan jika yang kita langsung memberikan jawaban penafsiran terhadap bagian ini. Oleh karena itu perlu dipahami beberapa langkah berikut untuk mengarah pada penafsiran akhir kita.
Signifikansi Kel. 4:26-26
Pertama, harus dipahami keberadaan bagian ini dan hubungan dengan bagian sebelum dan sesudahnya. Kel. 4:24-26 terletak di antara kisah panjang tentang perdebatan Tuhan yang mengutus Musa untuk menghadap Firaun dan melepaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir. Perdebatan Tuhan dan Musa dimulai dari Kel 3:1-4:17 dengan debat panjang Musa yang menolak perintah Tuhan itu dengan menyertakan berbagai alasan. Kalaupun akhirnya Musa berangkat dengan membawa serta keluarganya (ay. 18-20), Tuhan tetap memberikan pesan terakhir kepada Musa untuk disampaikan kepada Firaun (ay. 21-23).
Setelah Kel. 4:24-26, kisah terus berlanjut dengan Tuhan yang memerintahkan Harun untuk menjumpai Musa, selanjutnya Musa bertemu dengan Harun dan diakhiri dengan kisah Musa dan Harun yang menjumpai para tua-tua untuk meyakinkan meteka tentang perbuatan yang akan dilakukan Tuhan untuk umat-Nya (ay. 27-31). Intinya, baik kisah sebelum atau sesudah Kel. 4:24-26 masing-masing berintikan misi Tuhan kepada Musa (dan harun) untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir.
Seandainya pun Kel. 4:24-26 tidak ada, maka kisah misi Allah akan berjalan lebih mulus dibandingkan dengan adanya keberdaan Kel. 4:24-26 di antaranya. Tidak mengherankan jika ada beberapa penafsir menyebut Kel. 4:24-26 semacam interupsi di antara dua kisah di atas. Jika disebut sebagai ‘interupsi’, maka Kel 4:24-26 dapat dikatakan ’tidak atau sedikit’ memiliki hubungan dengan bagian sebelum dan sesudahnya.
Salah satu isu yang ditafsirkan pada bagian ini yang acapkali tidak banyak berhubungan dengan inti misi Allah terhadap Musa adalah isu tentang penyunatan. Murka Tuhan terhadap Musai seringkali ditafsirkan dengan kelalaian Musa untuk bersunat, baik untuk dirinya sendiri atau salah satu anaknya, sehingga Zipora langsung merespon murka Allah tersebut dengan menyunatkan salah satu anak laki-lakinya. Akhirnya, pembahasan lebih mengarah pada isu tentang apakah Musa sudah disunat atau apakah salah satu atau dua anak Musa juga telah disunat. Jika isu-nya adalah Musa belum disunat, maka perlu anaknya yang menggantikan Musa karena Musa telah dewasa dan akan melaksanakan misi Allah. Jika yang belum disunat adalah salah satu anak Musa, maka Musa yang mendapatkan murka Allah tidak dapat melaksanakan tugas sunat itu sehingga perlu Zipora yang turun tangan melaksanakan penyunatan terhadap anaknya. Selanjutnya isu penyunatan ini dihubungkan dengan misi Allah kepada Musa yang akan dilaksanakan kepada orang Israel. Musa dan seluruh anggota keluarganya yang lak-laki harus bersunat (Kej. 17:10-14; Kel. 12:42-48) untuk masuk dalam kelompok umat perjanjian.
Bersambung…………..