Mengapa Saul Dihukum sedangkan Daud Tidak?

Posted on 17/04/2022 | In Do You Know ? | Ditulis oleh Ev. Nike Pamela | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2022/04/Mengapa-Saul-Dihukum-sedangkan-Daud-Tidak.jpg Mengapa Saul Dihukum sedangkan Daud Tidak?

Alkitab mencatat ada 2 tokoh yang sama-sama melakukan tindakan melakukan persembahan korban bakaran, namun reaksi yang dihadapi berbeda; mereka adalah raja Saul dan raja Daud. Reaksi yang berbeda terhadap tindakan mereka seringkali dianggap melanggar keadilan Tuhan karena seolah Tuhan membenarkan tindakan David sedangkan untuk tindakan yang sama dari Saul, Tuhan bereaksi berbeda.

Alkitab menyebutkan bahwa Saul mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan kepada Tuhan untuk memohon belas kasihanNya menjelang bangsa Israel berperang melawan orang Filistin (1 Sam. 13:9,12). Apa yang dilakukan Saul justru membuat Samuel marah. Saul dianggap melakukan tindakan bodoh dan tidak taat kepada Tuhan sehingga konsekuensinya adalah Saul tidak akan lagi memegang tampuk kepemimpinan sebagai raja Israel (ay. 13-14). Beberapa orang menafsirkan tindakan Saul sebagai tindakan ceroboh karena dia gegabah melakukan tindakan mempersembahkan korban padahal  dia bukanlah seorang imam. Tetapi ketika kasus yang hampir sama terjadi pada Daud, yaitu ketika Daud mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan kepada Tuhan menyambut tabut perjanjian yang masuk ke Yerusalem dan diletakkan di sebuah tenda,  tidak ada gambaran penghukuman terhadap tindakan Daud (2 Sam. 6:17) seperti yang dialami Saul. Bahkan di dalam 2 Sam 24:25 tindakan Daud yang mempersembahkan korban justru membuahkan hasil positif : Tuhan mengabulkan doanya dan tulah berhenti.

Untuk memahami dua situasi itu pertama-tama harus dipahami tentang boleh tidaknya Saul dan Daud (orang awam) memberikan persembahan sendiri, bukan melalui iman. Mempelajari hal ini bukanlah hal yang mudah karena kita harus menelusuri semacam sejarahnya dalam Perjanjian Lama sehingga mengetahui perkembangan sehubungan isue ini. Untuk mempersingkat dan mempermudahnya, kita akan menelusurinya secara sederhana. Di awal, tidak ada keimaman resmi sehingga korban-korban yang dipersembahkan hanya bersifat keluarga atau kekerabatan dan biasanya dipimpin oleh kepala keluarga atau pemimpin kekerabatan. Ketika memasuki era taurat Musa, fungsi imam dalam pelaksanaan korban sangatlah terasa.  Imam memegang kendali dalam hampir semua kegiatan yang berhubungan dengan korban dan semuanya itu dilakukan di Kemah Suci. Namun ketika bangsa Israel menduduki tanah Kanaan dengan masing-masing suku memiliki wilayahnya masing-masing, tidak terhindarkan munculnya banyak mezbah lokal seperti yang ada di Betel, Silo, Sikhem, Gilgal, Bersyeba, Mizpa, Gibeon ataupun di Nob (bdg. 1 Samul 21. Daud and imam Ahimelekh d Nob). Salah satu mezbah yang menjadi pusatnya saat itu adalah Silo. Barulah setelah era Daud, dia memindahkan pusat ibadah di Yerusalem. Dan hal ini semakin diperkuat di era Salomo ketika dia membangun Bait Suci di Yerusalem yang menjadi pusat ibadah bangsa Israel. Perbedaan dalam hal keimaman dan korban semakin mengalami perubahan di era pembuangan dan sesudahnya. Intinya adalah, pemahaman tentang keimaman dan korban mengalami banyak perkembangan berdasarkan era masing-masing.

Dari penjelasan singkat di atas kita mengetahui sedikit informasi bahwa peranan imam yang terpusat seperti di era Kemah Suci Musa (Imamat 1-16)  juga mengalami perkembangan dari yang terpusat menjadi bersifat regional. Ada beberapa catatan dalam PL tentang persembahan yang dilakukan individu untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok: Manoah, bapak Simson (Hakim 13:19,23), Samuel (1 Samuel 7:9), Saul (1 Samuel 13:9), Daud  (2 Samuel 6:17; 24:25), Salomo (1 Raja 3:4), and Elia (1 Raja 30-38). Tidak ada penjelasan tentang boleh tidaknya tindakan pribadi-pribadi itu dalam mempersembahkan korban. Mungkin untuk para raja ada sedikit penjelasan penafsiran, yaitu bahwa ketika dikatakan misalnya Saul, Daud atau Salomo mempersembahkan korban, tindakan itu melibatkan para imam karena tidaklah mungkin seorang raja akan melakukan detil-detil dalam pelaksanaan korban. Hanya saja Alkitan menyebutkannya dengan ‘Saul atau Daud atau Salomo mempersembahkan korban’. Namun bagaimana halnya dengan penjelasan bapak Simsom, Manoah ataupun nabi Elia? Mungkin akan lebih masuk akal menjelaskan bahwa persembahan korban diijinkan dilakukan individu dengan beberapa syarat (tidak dituliskan detil dalam Alkitab), misalnya kondisi tertentu ataupun pada orang tertentu.

Kembali pada pokok persoalan di awal, bagaimana halnya dengan pembedaan respon pada persembahan Saul dan Daud yang mendapat respon berbeda padahal sebagai raja mereka mendapatkan ijin yang sama untuk melakukan persembahan itu?  Jadi Saul dan Daud tidak bersalah dalam hal memberikan persembahan kepada Tuhan. Saul tidak bersalah ketika sebelum memimpin peperangan melawan Filistin, dia melakukan persembahan korban bakaran dan korban keselamatan (1 Sam. 13:9). Namun yang membuat Samuel murka adalah ketidaktaatan Saul kepada Firman Allah yang diucapkan melalui Samuel. Setelah Samuel mengurapi Saul menjadi raja Israel, Samuel memberikan beberapa petunjuk hal-hal yang akan dan harus dihadapi Saul (1 Sam 10:1-8). Bahkan di ay. 8 diperjelas: Engkau harus pergi ke Gilgal mendahului aku, dan camkanlah, aku akan datang kepadamu untuk mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan. Engkau harus menunggu tujuh hari lamanya, sampai aku datang kepadamu dan memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan.

Apa yang dilakukan Saul terhadap perintah ini? Di 1 Sam. 13:11-12 Saul menyampaikan kronologi yang terjadi :  Jawab Saul: "Karena aku melihat rakyat itu berserak-serak meninggalkan aku dan engkau tidak datang pada waktu yang telah ditentukan, padahal orang Filistin telah berkumpul di Mikhmas, maka pikirku: Sebentar lagi orang Filistin akan menyerang aku di Gilgal, padahal aku belum memohonkan belas kasihan TUHAN; sebab itu aku memberanikan diri, lalu mempersembahkan korban bakaran.

Ketidaktaatan Saul terhadap perintah Tuhan melalui Samuel-lah yang menjadikan Tuhan murka kepada Saul, bukan karena kecerobohannya dengan mempersembahkan korban kepada Tuhan.

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Ev. Nike Pamela

Reformed Exodus Community