Sebagaimana kita ketahui, sebagian orang Kristen tidak mau merayakan Natal. Mereka menganggap bahwa perayaan ini tidak alkitabiah. Alasan utama yang diajukan ada dua: tanggal yang tidak tepat dan anggapan adanya keterkaitan dengan tradisi Yunani-Romawi kuno yang bertabrakan dengan Alkitab. Isu ini sudah kita telaah dalam artikel sebelumnya.
Dalam artikel ini saya akan menerangkan bahwa terlepas dari perbedaan opini tentang keabsahan tanggal dan sumber tradisi di balik detil perayaan, Natal tetap harus dirayakan. Pembacaan Alkitab yang lebih teliti memberikan dukungan yang cukup untuk perayaan Natal.
Pertama, para malaikat menyambut Natal dengan sukacita (Luk. 2:9-14). Kedatangan para malaikat dalam kisah ini bukan hanya untuk memberikan kabar kepada para gembala (ayat 10-12). Mereka juga memuji Allah (ayat 13-14). Jika para penghuni surga saja datang ke dunia untuk merayakannya, atas dasar apa kita tidak mau merayakannya?
Kedua, para tokoh Alkitab bersukacita merayakan Natal (Luk. 1-2). Salah satu karakteristik kisah Natal di Injil Lukas adalah ungkapan sukacita. Zakharia, Elisabet, Maria dan para gembala semua bersukacita. Ungkapan sukacita mereka juga beragam: pujian, teriakan gembira, nubuat, nyanyian, dsb. Kelahiran Yesus mengingatkan mereka tentang kedaulatan dan kesetiaan Allah terhadap janji-Nya. Tidak merayakan Natal tampaknya tidak sesuai dengan respons para tokoh Alkitab ini.
Ketiga, kelahiran Yesus merupakan salah satu doktrin dasar. Kekristenan dibangun di atas beberapa fondasi doktrinal. Salah satunya adalah inkarnasi Yesus: Allah menjadi manusia. Rasul Yohanes menjadikan doktrin ini sebagai pembeda antara ajaran yang benar dan ajaran yang sesat (1Yoh. 4:1-5). Dengan lugas dia berkata: “Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah” (ayat 2).
Di tempat lain Yohanes menjadikan doktrin sebagai pembeda antara dosa yang mendatangkan maut dan yang tidak mendatangkan maut (1Yoh. 5:16-17). Dosa yang mendatangkan maut adalah ketidakpercayaan terhadap aspek penting Kristologi (doktrin tentang Kristus). Salah satu yang disinggung oleh Yohanes adalah inkarnasi Yesus. Dia menerangkan: “Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah? Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah” (ayat 5-6).
Keempat, Natal membawa penghiburan yang luar biasa. Melalui kisah dan berita Natal kita dihiburkan. Natal mengingatkan kita bahwa Allah beserta dengan kita (Mat. 1:23). Allah memperhatikan kerendahan kita (Luk. 1:48). Melalui Natal kita juga diingatkan bahwa Kristus mengenal semua penderitaan dan pergumulan kita karena Dia telah menjadi sama seperti kita (Ibr. 2:17-18; 4:15). Dengan dasar ini kita memberanikan diri untuk menghampiri tahta kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan pada waktu-Nya (Ibr. 4:16). Jika dengan mengingatkan kita bisa dihiburkan, mengapa kita justru memilih untuk mengabaikannya? Soli Deo Gloria.