Love in action : We – Them

Posted on 01/04/2018 | In Teaching | Ditulis oleh Admin | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/images/article/love-in-action-we-them.png Love in action : We – Them

Pendahuluan:

Paskah merupakan momen penting dimana fakta tentang siapa Kristus sesungguhnya telah dinyatakan. Kristus bukan sekedar manusia yang bisa mengalami kematian tetapi Dia juga adalah Allah yang sanggup menaklukan kematian. Hal ini menjadi alasan utama bagi keyakinan Paulus bahwa kebangkitan Kristus merupakan sebuah pembuktian dari kebenaran iman yang ditujukan kepada Kristus (1Kor. 15:14).

Tidak hanya menjadi bukti yang semakin meneguhkan iman orang percaya, Paskah sesungguhnya  juga memberikan pengharapan dan keberanian, yang merupakan perlengkapan yang sangat dibutuhkan bagi orang percaya untuk pergi menjangkau banyak orang bagi Kristus. Tanpa pengharapan dan keberanian, orang percaya tidak akan melangkah untuk memberitakan tentang Kristus kepada dunia.

Teks Alkitab yang direnungkan pada kesempatan ini akan kembali mengingatkan kita tantang kuasa kebangkitan Yesus serta implikasi, yang seharusnya juga menjadi patron bagi orang percaya dalam memaknai dan merayakan Paskah

Isi:

Otoritas / Kuasa Yesus (ay. 18)

Dalam bagian teks yang direnungkan, perintah Yesus terdapat di ayat 19-20. Tetapi perintah ini diawali dengan suatu proklamasi dari Yesus sendiri tentang kuasa yang dimiliki-Nya (ay. 18). Bagi Leon Morris, melalui pernyataan-Nya, Yesus hendak menjelaskan bahwa keberadaan-Nya setelah kebangkitan sangat berbeda ketika Ia masih berada dalam batasan inkarnasi (secara umum dikenal sebagai seorang guru dan tabib). Frasa “kepadaKu telah diberikan segala kuasa” mengartikan bahwa masa Yesus sebagai “dihina dan dihindari orang... biasa menderita kesakitan.... dipukul dan ditindas Allah” (Yes. 53:3-4) telah berakhir. Kata kuasa dalam ayat 18 memakai istilah eksousia memiliki kaitan dengan kata eksestin yang berarti “kebebasan memilih, hak untuk bertindak, memutuskan.” Kata ini kemudian memiliki makna “otoritas, kuasa absolut.” Ini menjelaskan bahwa setelah kebangkitan-Nya, Yesus memegang otoritas tertinggi, dan kuasa-Nya mencakup di Sorga dan di Bumi. Itu berarti kuasa absolut atas alam semesta berada di tangan Yesus.

Yesus tahu dan para murid akan mengetahui bahwa konsekuansi dari misi yang diterima oleh para murid adalah mereka akan mengalami berbagai macam kesulitan, penderitaan, dan penganiayaan. Kerena itu, pernyataan tentang kuasa dan otoritas Yesus sebelum perintah Amanat Agung diberikan menjadi sangat penting untuk dipahami sehingga memberikan keyakinan, pengharapan, serta keberanian bagi para murid untuk menjalankan misi yang akan diterima. Tujuan Yesus untuk meyakinkan para murid juga terlihat diakhir perintah (ay.20). Yesus tidak hanya menyatakan kuasa dan otoritas-Nya yang absolut, tetapi juga memastikan penyertaan-Nya senantiasa. Janji penyertaan Yesus di sini tidak hanya merujuk pada kuasa-Nya (para murid disertai oleh kuasa Yesus) tetapi juga mengacu pada kehadiran pribadi Yesus sendiri, dan kata “senantiasa” menjelaskan bahwa penyertaan-Nya tidak dibatasi oleh waktu, tempat, dan situasi. Kehadiran Yesus dan kuasa-Nya di setiap waktu, tempat, dan keadaan, itulah yang memampukan para murid dan setiap orang percaya untuk melaksanakan Amanat Agung Yesus.

Perintah Yesus (ay. 19b)

Dalam tatanan bahasa Yunani, inti dari Amanat Agung adalah “memuridkan” dan obyeknya ditujukan kepada “semua bangsa.”  Jika ditinjau dari tujuan dan karakteristik tulisan Matius yang kental dengan keyahudiannya maka perintah Yesus dalam bagian ini terkesan tidak biasa. Sebelum kebangkitan-Nya, ketika para murid diutus, Yesus justru membatasi supaya mereka hanya pergi kepada orang Yahudi saja dan melarang mereka untuk pergi ke kota Samaria (Mat. 10:5-6). Ini jelas terlihat “kontras” dengan perintah setelah kebangkitan-Nya. Hal ini sebenarnya bukan merupakan suatu kontradiksi melainkan setidaknya memberikan kita dua pengertian. Pertama, menunjukan role dari karya keselamatan yang Kristus kerjakan. Israel telah ditetapkan Allah menjadi pintu keselamatan bagi bangsa-bangsa lain maka berita keselamatan terlebih dahulu difokuskan kepada orang Israel, setelah itu baru di luar Israel (bdk: Kej. 12:2-3).

Kedua, keberadaan Yesus pasca kebangkitan sebagai penguasa tertinggi alam semesta menunjukan bahwa ketuhanan-Nya bersifat universal. “Universal Lordship means universal mission.” Ini menjadi alasan utama bagi para murid untuk pergi memberitakan tentang Kristus kepada segala bangsa. Kolerasi antara siapa Yesus dan perintah untuk pergi setidaknya terlihat dari kata “oun” = “karena itu” yang muncul diawal ayat 19. Dengan kata lain, kuasa kebangkitan Yesus harus berimplikasi keharusan setiap orang percaya untuk memberitakan Injil.  

Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah siapa sesungguhnya yang ditetapkan menjadi guru dalam menjalankan Amanat Agung. LAI:TB menterjemahkan: “jadikan semua bangsa murid-Ku...” seolah-olah Yesus gurunya. Dalam konteks ini, sesungguhnya yang ditetapkan sebagai guru adalah para murid. Artinya bahwa dalam Amanat Agung, setiap orang percaya dipanggil untuk memuridkan orang lain sama seperti kita yang terlebih dahulu menjadi murid Yesus (bdk: 1Kor. 11:1). Sangat penting untuk dipahami bahwa memuridkan orang lain berarti memberi diri, bukan sekedar informasi; memberi hidup, bukan sekedar pengetahuan. Inilah teladan pemuridan yang Kristus telah tunjukan.

Cara mencapai inti perintah Yesus (ay. 19a,c; 20a)

Pergi, Baptis, dan mengajar merupakan tahapan-tahapan aktifitas yang harus dilakukan untuk menjadikan orang lain menjadi murid Yesus. Secara tata bahasa, kata “pergi (poreuthentes)” dalam di sini adalah partisipel yang tidak memiliki makna perintah sehingga beberapa penafsir menyimpulkan bahwa Yesus tidak memerintahkan para murid untuk pergi. Tetapi Morris menunjukan bahwa sebuah partisipel yang dikaitkan dengan perintah dapat bermakna perintah (bdk: Mat. 2:8; 11:4). Dengan demikian dapat dimaknai bahwa Yesus memerintahkan para murid untuk pergi dan memuridkan, meskipun yang ditekankan adalah memuridkan. Konsekuensi tak terhindarkan dari misi yang universal setiap murid Tuhan harus pergi mencari siapa saja yang dapat dimuridkan. Ironisnya adalah seringkali orang Kristen lebih suka meenikmati kenyamanan dalam gereja dari pada pergi untuk mencari mereka yang masih tersesat.

Baptisan merupakan langkah awal dari inisiatif seorang murid baru masuk ke dalam kumpulan orang percaya (gereja). Baptisan yang Yesus maksudkan adalah sekali untuk seterusnya. Ini berbeda dengan ritual pembersihan orang Yahudi yang dilakukan secara berulang. Adalah sebuah keharusan bahwa mereka yang telah dibaptis tidak hanya mengisi pengetahuannya tentang semua perintah Yesus, tetapi juga mentaati semua perintah yang telah diketahui (28:20). Proses untuk mengetahui dan mentaati merupakan bagian dari aktivitas pengajaran yang harus berulang kali dan terus menerus dilaksanakan dalam komunitas orang percaya (gereja). Implikasinya adalah gereja merupakan satu-satunya agensi Allah untuk menyatakan maksud dan kehendak-Nya bagi dunia. Hanya melalui gereja, seseorang dapat mengenal kasih Allah yang telah dinyatakan melalui Kristus yang telah bangkit dari kematian.

Aplikasi:

Keyakinan terhadap Ketuhanan Kristus yang universal berimplikasi pada keharusan setiap murid Kristus untuk pergi memberitakan Injil ke seluruh dunia.

Fakta tentang kebangkitan Kristus berimplikasi pada pada pengharapan dan keberanian setiap murid Kristus untuk memberitakan Injil kepada siapa saja yang belum percaya.

Pengakuan bahwa kasih Allah telah dinyatakan kepada dunia melalui Kristus berimplikasi pada cara hidup setiap murid Kristus yang dipenuhi dengan cinta kasih kepada sesama. Soli Deo Gloria.

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Admin

Reformed Exodus Community