Di dalam Alkitab (LAI), utamanya Perjanjian Lama, beberapa kali muncul kata ‘dadih’. Pembaca modern seringkali memahami ‘dadih’ ini dengan semacam makanan yang merupakan darah kental binatang yang dipadatkan lalu digoreng, dsb. Jika memahami ‘dadih; dengan pemahaman ‘darah kental’ semacam ini, pembaca akan mengalami sedikit kebingungan untuk memahami penggunaan daddih sebagai bagian dari sejenis makanan.
Ketika Abraham kedatangan 3 orang tamu (Kej. 18:2), sebagai tuan tamu Abraham menyediakan beberapa jenis makanan., Kepada istrinya, Abraham menyuruh membuatkan roti (ay. 6), kepada bujangnya, Abraham mengambil seekor anak lembu dan menyuruhnya mengolah. Dari anak lembu yang diolah, dadih dan susu diambilnya (ay.7-8). Musa,menjelang akhir hidupnya, mengajarkan sekaligus memberkati bangsa Israel (Ulangan 32). Dalam salah satu ucapannya, Musa memberkati bangsa itu dengan ucapan, “ Dibuat-Nya dia berkendaraan mengatasi bukit-bukit di bumi, dan memakan hasil dari ladang; dibuat-Nya dia mengisap madu dari bukit batu, dan minyak dari gunung batu yang keras, dadih dari lembu sapi dan susu kambing domba, dengan lemak anak-anak domba; dan domba-domba jantan dari Basan dan kambing-kambing jantan, dengan gandum yang terbaik; juga darah buah anggur yang berbuih engkau minum (ay. 13-14). Yael memperlakukan Sisera yang jahat dengan memberikan susu dan dadih, alih-alih memberikan air (Hakim 5:25). Dalam pelarian Daud dari Absalom anaknya, pernah Daud memperoleh bantuan makanan, salah satunya adalah dadih (2 Raja 17:26-29). Kitab Ayub pernah menggunakan ‘dadih’ sebagai salah satu lambang orang yang diberkati (20:17; 29:6). Ucapan nubuatan nabi Yesaya kepada raja Ahas yang merujuk pada Yesus Kristus menyebut ‘dadih dan madu’ sebagai bagian dari makanan (Yesaya 7:15, 22).
Jadi, apakah ‘dadih’ itu? Setidaknya ada beberapa petunjuk dasar tentang apakah ‘dadih’ itu. Yang pasti dadih itu adalah bahan makanan atau sesuatu yang dapat dimakan. Dadih juga sering muncul dengan susu dan menjadi bagian dari ternak (Kej. 18:8; 2 Sam 17:9; Yes 7:15). ‘Dadih’ berupa cairan (Ayub 20:17), baik untuk diminum (Hakim 5:25) ataupun untuk pembersihan (Ayub 29:6). Namun ada juga referensi bahwa ‘dadih’ adalah benda padat (Yes. 7:15).
Dalam bahasa Ibraninya, kata ‘dadih’ mempergunakan kata hemah. Sebenarnya kata hemah juga muncul di Maz. 55:22 dan Amsal 30:33, namun LAI menerjemahkannya bukan dengan ‘dadih’ tapi ‘mentega’. Terjemahan-terjemahan bahasa Inggris memakai banyak kata untuk mengartikan hemah, misalnya ‘curd, cheese, buttermilk, cream, sourmilk’. Banyaknya terjemahan bahasa Inggris untuk kata hemah di bahasa Ibraninya ini, merupakan hal yang sangat wajar. Tidak ada kata modern yang mampu mewakili secara tepat apa itu hemah.
Dari beberapa penggunaan kata hemah di Alkitab, ada beberapa gambaran tentang hemah itu sendiri. Jika hemah itu berbentuk cair, maka hemah itu merujuk pada bagian dari susu yang mengental yang biasanya muncul di permukaan. Misalnya, di Hak, 5:25, dadih diparalelkan dengan susu dan sama-sama merupakan bentuk minuman yang diminta oleh Sisera, karena memang Sisera haus (Hakim 4:19; 5:25). Dan Yael dikatakan melakukan tindakan membuka kirbat susu (4:19). Cairnya hemah ini juga nampak dari penggunaan paralelisme di Ayub (20:17; 29:6).
Namun jika hemah itu berbentuk sedikit lebih padat, maka gambaran hemah yang dimaksud adalah semacam mentega, namun lebih encer tapi tidak lebih padat daripada mentega yang kita pikirkan sekarang. Hemah ini berasal dari perasan susu ternak (bdg. Amsal 30:33) dan dikocok sedemikian rupa, lalu ditaruh di kantong yang terbuat dari kulit kambing,selanjutnya diikat dan digantung di sebuah tempat yang mirip sebuah ayunan. Dengan kata lain susu tersebut mengalami proses fermentasi yang membuatnya agak mengeras dari bahan aslinya, yaitu susu. Mungkin salah satu gambaran paling dekat untuk masyarakat modern sekarang adalah semacam yogurt (namun kembali, gambaran ini masih kurang tepat). Dalam masyarakat Timur Dekat Kuno, hemah ini dikonsumsi bersamaan dengan madu dan minuman anggur.
NK_P