Cantik engkau, manisku, seperti kota Tirza, juita seperti Yerusalem (Kidung 6:4)

Posted on 06/06/2021 | In Do You Know ? | Ditulis oleh Ev. Nike Pamela | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2021/06/Cantik-engkau-manisku-seperti-kota-Tirza-juita-seperti-Yerusalem-Kidung-6-4.jpg Cantik engkau, manisku, seperti kota Tirza, juita seperti Yerusalem (Kidung 6:4)

Bagian ini menjadi bagian yang seringkali dipertanyakan, yaitu mengapa kecantikan pasangan Salomo diibaratkan dengan kota Tirza (itupun kalau memang yang dimaksud adalah kota) dan Yerusalem?

Jika mendengar nama ‘Yerusalem’, mungkin kita sudah tidak asing. Dalam era Salomo, Yerusalem merupakan pusat ibukota kerajaan Israel yang dipimpin Salomo; Bait Sucipun ada di kota Yerusalem.  Namun nama Tirza agak terdengar asing di telinga kita. Dalam alkitab ada 2 nama yang menggunakan Tirza, yaitu nama kota atau negeri yang ditaklukkan di era Yosua memimpin pendudukan Kanaan (12:24) dan nama wanita yang berasal dari suku Manasye yang menjadi pemicu klarifikasi hukum tentang warisan keluarga (Bil. 26:33; Yos. 17:3).

Dari 2 kemungkinan ini, apakah Tirza merujuk pada nama kota atau nama orang dalam Kidung 6:4? Jika kita mempelajari yang namanya paralelisme dalam puisi Ibrani, maka kemunculan Tirza bersamaan dengan Yerusalem haruslah merujuk pada sesuatu yang paralel, entah paralelisme yang sinonim atau antitetik (berlawanan). Jika paralelismenya sinonim, maka Yerusalem yang merujuk pada kota akan bersifat paralel dengan Tirza yang juga memungkinkan merujuk pada kota. Sebaliknya, jika paralelismenya antitetik, maka Yerusalem yang muncul haruslah berlawanan dengan Tirza (kemungkinan lain adalah nama orang). Dari 2 kemungkinan di atas, maka paralelisme yang sinonim akan lebih tepat dikenakan dan dengan demikian paralelisme sinonim terjadi antara Yerusalem dan Tirza sebagai kota.

Mungkin orang modern sulit memahami kecantikan seorang wanita yang dikomparasikan dengan kota. Namun tidak perlu pembanding ribuan tahun lalu untuk memahami hal ini karena beberapa dekade sebelum sekarang mungkin beberapa dari pembaca mengingat ada semacam komparasi ‘wajahmu secantik bulan pernama’. Jika orang-orang modern, khususnya anak-anak jaman sekarang, memahami pembangdingan wajah wanita yang dimiripkan dengan bulan purnama, mereka pasti akan menilai hal itu sebagai sesuatu yang menggelikan dan lebay, jika dipakai istilah sekarang. Namun harus dipahami kalau pembandingan terhadap sesuatu itu bagaimanapun juga akan mengikuti masanya. Selain itu orang kuno sangat memiliki keterbatasan obyek sehingga untuk menggambarkan keindahan pun akan sangat memiliki batasan. Tidak mengherankan jika alam sekitar, makhluk-makhluk di sekitar, akan menjadi obyek pembanding yang memang wajar di era itu.

Alkitab juga beberapa kali memakai gambaran tentang kota  yang dipersonifikasikan sebagai seorang wanita (Yes. 37:22; 47:1; 52:1– 2; Ratapan 1:1). Dalam bahasa Ibrani kata ‘kota’ berjenis kelamin feminine dan ketika kota dibandingkan dengan wanita,  hal ini justru membangkitkan kecantikan dan keindahan seorang wanita. Tetapi apakah kota Yerusalem dan Tirza memang layak untuk dikategorikan sebagai representasi dari keindahan di era Salomo?

Nama ‘Tirza’ berarti ‘she is my delight’. Pada era Salomo, Tirza adalah  kota  yang besar dan termasuk kota pedesaan di bukit Galilea. Tirza merupakan  area yang banyak dialiri air yang banyak memiliki taman dan kebun buah-buahan. Dengan demikian sangatlah layak area ini dipuji karena keindahan alamnya. Setelah perpecahan kerajaan utara dan selatan, Tirza menjadi ibukota kerajaan utara (1 Raja 14:17; 15:33). Keindahan kota Yerusalem banyak digambarkan di PL. Rat. 2:15 menyebutkan Yerusalem : Inikah kota yang disebut orang kota yang paling indah, kesukaan dunia semesta. Mazmur 48:2-3 menyebutnya sebagai ‘kota Allah, Gunung-Nya yang kudus, yang menjulang permai, adalah kegirangan bagi seluruh bumi; gunung Sion itu, jauh di sebelah utara, kota Raja Besar’. Letak Yerusalem di atas gunung menjadi kekuatan untuk menonjolkan keindahan kota ini.

Ketika terjadi perpecahan kerajaan Israel menjadi kerajaan utara dan selatan, kota Tirza dan Yerusalem masing-masing menjadi ibukota kerajaan. Tirza menjadi ibukota kerajaan utara hingga akhirnya digantikan oleh Samaria (1 Raja 16:23-24) sedangkan Yerusalem tetap menjadi ibukota kerajaan selatan. Pemilihan Tirza dan Yerusalem menjadi ibukota kerajaan pasti tidak dilepaskan karena kondisi fisik 2 kota itu yang memang memiliki banyak keuntungan , termasuk keindahan kota ini seperti yang diungkapkan raja Salomo di Kid. 6:4 ini.

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Ev. Nike Pamela

Reformed Exodus Community