Diskusi tentang LGBTQ (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Queer) memang tidak pernah mudah untuk dilakukan. Banyak aspek yang terkait dalam diskusi ini. Banyak pula kesimpangsiuran tentang masing-masing pihak, baik yang pro maupun kontra homoseksualitas. Pelbagai argumen diajukan sebagai dukungan untuk masing-masing posisi.
Salah satu argumen yang cukup sering dibicarakan sebagai dukungan bagi LGBTQ adalah ketidakadaan larangan terhadap homoseksualitas yang keluar dari mulut Yesus. Dalam salah satu seminar yang saya pimpin, seseorang pernah bertanya: “Tolong tunjukkan satu perkataan Yesus yang menentang LGBTQ. Kalau Anda tidak bisa menunjukkan, itu membuktikan bahwa Yesus tidak pernah melarang homoseksualitas.” Hmmm….sebuah pertanyaan (lebih tepatnya, serangan) yang menarik.
Bagaimana kita menyikapi keberatan semacam ini?
Pemikiran di atas mengandung beberapa asumsi. Sayangnya, asumsi-asumsi itu keliru. Mari kita bedah satu per satu.
Pertama, si penanya mengasumsikan bahwa semua perkataan Yesus selama Dia hidup dan melayani di dunia ditulis di dalam Alkitab, sehingga kalau tidak ada di Alkitab berarti tidak pernah diucapkan. Asumsi seperti ini jelas salah kaprah. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa tidak semua perkataan dan tindakan Yesus dituliskan di dalam kitab-kitab (Yoh. 20:30-31; 21:25). Apa yang tidak ditulis oleh para penulis kitab Injil bukan berarti tidak pernah diucapkan oleh Yesus. Sebagai contoh, Paulus pernah mengutip perkataan Yesus yang tidak dicatat dalam kitab-kitab Injil (Kis. 20:35 “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima”).
Kedua, si penanya berasumsi bahwa larangan harus berbentuk kalimat eksplisit. Tuntutan ini jelas bermasalah. Kriteria “eksplisit” seringkali dipahami secara berlainan oleh orang yang berbeda. Apa yang jelas bagi satu pihak kadangkala dipandang kurang jelas bagi pihak lain. Sebagai contoh, bagi mereka yang kontra homoseksualitas, perkataan Yesus yang merujuk pada kisah penciptaan sebagai landasan pernikahan (Mat. 19:4 “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?”) secara eksplisit menentang perceraian (Mat. 19:3, 6) dan (secara analogi) segala bentuk pernikahan lain yang tidak heteroseksual monogamis. Jika tetap dilakukan, hal itu hanya mengungkapkan ketegaran hati seseorang. Sejak semula rancangan Allah bukan seperti itu (Mat. 19:8 “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian”).
Ketiga, si penanya juga berasumsi bahwa ketidakadaan larangan yang eksplisit berarti mengarah ada persetujuan atau – paling tidak - pembiaran. Tidak sukar untuk menangkap sesat pikir dalam asumsi ini. Seperti yang sudah disinggung di poin #1, apa yang tidak tertulis di kitab-kitab Injil tidak berarti tidak pernah diucapkan oleh Yesus. Di samping itu, jika si penanya mau konsisten, dia seharusnya juga mengatakan bahwa bermesraan dengan anak kecil (paedofilia) atau berhubungan seks dengan binatang (bestialitas) diperbolehkan, karena Yesus tidak pernah menyinggung dua hal ini secara eksplisit. Tidak ada larangan tertulis dalam Alkitab tentang dua kekejian ini yang keluar dari mulut Yesus. Saya yakin si penanya tidak akan bersedia konsisten menerapkan sesat pikirnya ke semua kasus.
Terakhir, si penanya berasumsi bahwa patokan moralitas dalam Alkitab hanyalah kitab-kitab Injil, secara khusus ucapan Yesus yang eksplisit yang dicatat di sana. Apakah ini dapat dibenarkan? Setiap orang Kristen seharusnya dengan mudah dapat menjawabnya. Kita masih memiliki kitab-kitab lain di dalam Alkitab. Jika seandainya Yesus memang tidak pernah melarang homoseksualitas secara eksplisit tetapi larangan itu muncul di bagian Perjanjian Baru yang lain, apakah pertanyaan di awal “Tolong tunjukkan satu perkataan Yesus yang menentang LGBTQ. Kalau Anda tidak bisa menunjukkan, itu membuktikan bahwa Yesus tidak pernah melarang homoseksualitas” masih dapat dipertahankan?
Dalam artikel-artikel selanjutnya saya akan menguraikan teks-teks Alkitab lain yang berhubungan dengan homoseksualitas. Untuk sekarang cukuplah bagi kita untuk menangkap sesat pikir pada pertanyaan di atas. Soli Deo Gloria.