Suatu gereja Kristen mengajarkan pentingnya makan makanan yang disediakan Allah. Gereja ini mengajarkan bahwa pada mulanya Allah menghendaki manusia menjadi vegetarian (Kej. 1:29). Benarkah Kejadian 1:29 menjadi satu-satunya makanan manusia sampai sekarang?
Di dalam Kejadian 1:29, Allah memberi makanan kepada manusia dengan dua jenis makanan, yaitu tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala pohon yang berbuahnya berbiji (tumbuhan yang berbiji dan pohon yang berbuah). Kedua jenis ini sudah disebutkan di ayat 11-12. Allah memberikan tumbuh-tumbuhan berbiji menjadi makanan bagi manusia agar biji/benihnya dipergunakan untuk ditanam kembali agar manusia dapat menikmati dengan memakan hasil dari benih yang ditanam tersebut. Makanan utama orang Israel adalah roti. Roti ini dipanggang dengan berbagai bahan biji-bijian seperti barley, gandum, dan emmer. Selain roti, sereal juga dimakan dalam bentuk panggang, utuh atau dihancurkan (Yos. 5:11; Im. 2:14). Selain itu, jenis makanan kedua yang dimakan manusia yaitu pohon yang berbuah. Buah-buahan umum yang dimakan oleh orang Israel adalah anggur, zaitun (kebanyakan digunakan dalam bentuk minyak), ara, kurma, apel, dan delima (HarperCollins Bible Dictionary, s.v. “food”). Kedua jenis tanaman ini merujuk pada tanaman yang memang menghasilkan makanan baik di dalam tanah maupun di atas tanah (W. D. Reyburn dan E. M. Fry, A Handbook on Genesis, 52). Uniknya, kedua jenis tanaman ini hanya diberikan oleh Allah kepada manusia sebagai makanan mereka, sedangkan tanaman biasa (tanpa benih/biji dan buah) diberikan oleh Allah kepada binatang untuk dimakan (ay. 30).
Pertanyaan selanjutnya, mengapa di dalam kisah Penciptaan, Allah memberikan makanan kepada manusia berupa tumbuhan-tumbuhan? Alasannya adalah ketika manusia makan makanan hewani, maka itu berarti ada pembunuhan terhadap binatang dan itu tidak akan terjadi sebelum manusia jatuh ke dalam dosa (Arnold G. Fruchtenbaum, The Book of Genesis, 60). Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, Allah akhirnya memberikan solusi “sementara” atas dosa manusia yaitu membunuh binatang dan membuatkan pakaian untuk menutup aurat Adam dan Hawa yang telah telanjang (Kej. 3:21). Kisah ini dilanjutkan dengan setelah peristiwa air bah, Allah mengizinkan manusia makan daging binatang, namun Ia melarang mereka makan darah (Kej. 9:2-4). Setelah itu, Allah baru mengatur tentang daging binatang yang halal dan haram untuk dimakan oleh orang-orang Israel (Im. 11; Ul. 14). Orang Israel biasa juga makan daging binatang baik binatang peliharaan maupun binatang liar, seperti rusa, gazelle, ikan, dan unggas, namun pada hari-hari khusus karena harganya mahal (HarperCollins Bible Dictionary, s.v. “food”).
Kembali ke pertanyaan di judul ini, kalau begitu, benarkah tanaman berbiji dan pohon yang berbuah ditetapkan Allah menjadi satu-satunya makanan bagi manusia sampai sekarang? Jawabannya tidak. Alasannya: Pertama, Kejadian 1:29 hanya menjelaskan bahwa Allah menyediakan makanan bagi manusia, bukan seperti kepercayaan orang-orang Mesopotamia yang percaya bahwa manusia yang menyediakan makanan bagi Allah (Gordon J. Wenham, Genesis 1-15, 33). Ayat ini tidak berlaku secara universal. Jika ada gereja yang memaksakan Kejadian 1:29 secara universal, maka gereja tersebut harus mengharuskan semua binatang liar dan burung harus makan tumbuhan hijau (ay. 30). Kedua, Perjanjian Baru tidak pernah sekalipun mengajarkan bahwa orang Kristen hanya boleh makan tumbuhan berbiji dan pohon yang berbuah. Paulus pernah menyinggung masalah ini ketika di Roma, ada perselisihan antara dua golongan orang percaya yaitu jemaat yang mayoritas non-Yahudi yang makan apa pun dengan jemaat Yahudi yang makan sayur-sayuran saja (Rm. 14:2). Paulus menjawab bahwa jemaat yang makan apa pun tidak boleh menghakimi jemaat yang makan sayur-sayuran saja dan jemaat yang makan sayur-sayuran tidak boleh menghakimi jemaat yang makan apa pun (ay. 3a). Alasannya adalah Allah menerima mereka semua (ay. 3b) dan mereka melakukannya untuk Allah (ay. 6). Perhatikan, Paulus tidak menguliahi jemaat non-Yahudi dengan Kejadian 1:29. Dengan kata lain, orang Kristen boleh memakan apa pun asalkan “lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1Kor. 10:31). Biarlah pembahasan singkat ini menguatkan orang Kristen untuk tidak mudah terpengaruh dengan ajaran Kristen yang mencomot Kejadian 1:29 untuk membenarkan “selera” makanan tertentu. Amin.