Salah satu ciri khas dalam gerakan berpusat kepada Injil (Gospel-centered movement) adalah diagnosa dan pembersihan berhala-berhala dalam hati. Akar persoalan terletak pada hati manusia (the heart of all problems is problems of the heart). Hati manusia menyimpan begitu banyak kejahatan dan kelicikan (Yer. 17:9). Seseorang bisa saja mengaku dengan mulutnya bahwa Kristus adalah segala-galanya, tetapi dalam hatinya dia masih menyimpan berbagai macam berhala. Ini menunjukkan bahwa Kristus tidak cukup bagi dia. Kristus hanya menjadi salah satu, bukan nomor satu, apalagi satu-satunya.
Untuk mendeteksi berhala tertentu dalam hati diperlukan sebuah kewaspadaan (1Yoh. 5:21). Salah satu bentuk kewaspadaan adalah observasi. Kita mengamati hal-hal tertentu dalam hidup kita secara serius. Hal ini bisa dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan pada diri kita sendiri.
Pertama, apa yang menjadi dasar bagi identitas, keberhargaan, keamanan dan pengharapan dalam hidup Anda? Dalam diri setiap manusia selalu ada pencarian terhadap keberhargaan dan kepastian. Allah memang menciptakan manusia seperti itu. Manusia adalah gambar Allah yang berharga (Kej. 1:26-27; 9:6). Manusia dihembusi dengan nafas Allah sehingga akan selalu mencari Dia (Kej. 2:7). Pencarian ini hanya dapat dipuaskan ketika seseorang menemukan Allah.
Sayangnya, banyak orang berusaha mengisi kekosongan dalam hatinya dengan hal-hal lain di luar Allah. Ada yang menjadikan pencapaian atau prestasi sebagai pengisi kekosongan. Ada yang meletakkan harapannya pada kekuasaan atau kontrol. Masih banyak hal lain yang dijadikan opsi sebagai pengganti Allah. Inilah yang disebut sebagai berhala.
Ketika Anda baru merasa aman di masa tua apabila Anda memiliki deposito yang banyak, Anda telah menjadikan harta sebagai berhala. Kalau Anda baru merasa diri berharga apabila terlihat keren dan diterima banyak orang, Anda telah menjadikan penampilan dan penerimaan sebagai berhala. Apa yang selama ini mendefinisikan diri Anda? Apa yang selama ini membuat Anda merasa berharga? Apa yang selama ini membuat Anda tenang dan pasti menjalani hari esok?
Kedua, apa yang paling Anda perjuangkan selama ini? Sebagai pengganti Allah, berhala-berhala dipandang sebagai hal yang berharga. Manusia rela mengurbankan apa saja demi objek penyembahannya ini. Di zaman dulu orang rela mengurbankan anaknya demi dewa yang mereka sembah. Bangsa Israel dengan antusias menyerahkan emas dan perhiasan lain demi membuat patung anak lembu emas (Kel. 32:1-6).
Apa yang selama ini menguras pikiran dan perhatian Anda? Apa yang selama ini Anda upayakan begitu rupa dengan sekuat tenaga demi merasa diri berharga atau aman? Apa yang begitu Anda kejar sampai-sampai Anda rela kehilangan apapun?
Ketiga, apa yang membuat Anda sering bersedih, gembira atau marah? Berhala menentukan perasaan seseorang. Dia akan merasa senang jika berhala itu diberi makan. Sebaliknya dia akan sedih atau merah jika berhala itu disentil.
Dengan memperhatikan pola perasaan, kita akan tertolong untuk mendiagnosa berhala dalam hati kita. Sebagai contoh, seseorang yang sangat mudah marah (apalagi meledak-ledak) ketika dianggap tidak mampu melakukan atau mencapai sesuatu kemungkinan memiliki berhala pencapaian. Ketika seseorang mudah kuatir karena keadaan tidak seperti yang dia harapkan, orang itu mungkin menjadikan kuasa atau kontrol sebagai berhala. Dia hanya tenang jika mampu menguasai segala hal.
Keempat, apa yang paling Anda ingin pertahankan? Pertanyaan kali ini bersifat pengandaian (pertanyaan hipotetikal). Seandainya setiap hal dalam hidup Anda diambil satu per satu oleh Allah dan Anda hanya boleh mempertahankan tiga hal saja, apa saja yang Anda akan pertahankan?
Pilihan seseorang pasti merujuk pada hal-hal yang terpenting dalam kehidupannya. Dia tidak ingin kehilangan apa yang berharga. Sebaliknya, dia dengan mudah melepaskan hal-hal lain yang selama ini dia pandang tidak terlalu penting.
Orang yang bebas dari berhala pasti siap kehilangan sesuatu dan hanya memiliki Allah saja. Salah satu contohnya adalah Asaf. Setelah melewati pergumulan yang berat, Asaf akhirnya mampu berkata: “Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya” (Mzm. 73:25-26). Apakah Anda sudah bisa memberikan pengakuan yang sama? Soli Deo Gloria.
Photo by Ben White on Unsplash