Apakah Orang Dihakimi Berdasarkan Agamanya Sendiri?

Posted on 24/04/2017 | In QnA | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/images/article/Apakah-Orang-Dihakimi-Berdasarkan-Agamanya-Sendiri.jpg Apakah Orang Dihakimi Berdasarkan Agamanya Sendiri?

Selama pelayanan-Nya di dunia, Tuhan Yesus menyatakan beragam klaim. Salah satu yang terkesan paling berani dan eksklusif berhubungan dengan jalan keselamatan satu-satunya di dalam Dia. Dalam Yohanes 14:6 Tuhan kita berkata: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”. Poin senada dikemukakan oleh Rasul Petrus di Kisah Para Rasul 4:12 “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”.

Klaim di atas biasanya menimbulkan sebuah pertanyaan: “Bagaimana nasib orang-orang yang tidak sempat mendengarkan berita injil Yesus Kristus?” Orang-orang yang dimaksud termasuk orang-orang pada zaman Perjanjian Lama, suku bangsa lain yang primitif, maupun orang-orang sekarang yang belum pernah bersentuhan dengan kekristenan. Apakah mereka akan dihakimi menurut agama mereka masing-masing?

Jawabannya adalah “tidak”. Allah tidak menghakimi orang berdasarkan agama masing-masing. Ukuran penghakiman adalah wahyu Allah (apa yang Allah nyatakan), bukan agama (apa yang manusia persepsi tentang Allah). Dari atas ke bawah, bukan sebaliknya. 

Dalam Roma 1:18-3:20 Paulus menunjukkan keberdosaan semua manusia, baik orang-orang Yunani maupun Yahudi. Kelompok pertama sudah diberi wahyu umum berupa ciptaan (1:18-20) dan hukum moral dalam hati mereka (2:14-16). Kelompok yang kedua diberi Hukum Taurat (2:1-11, 17-29). Jumlah dan jenis wahyu yang diterima memang berbeda. Namun, ada satu yang sama: mereka sama-sama tidak bisa hidup seturut wahyu tersebut. Kehidupan mereka tidak selaras dengan wahyu Allah. Kesalahan mereka bukan ketidaktahuan, melainkan penindasan terhadap kebenaran (1:18-20; 2:21-24). Akibatnya, semua manusia berada di bawah murka Allah (1:18; 3:20). 

Jika digali lebih dalam lagi, akar persoalan umat manusia adalah dosa dalam diri mereka. Mereka semua berada di bawah kuasa dosa (3:9). Natur mereka berdosa; tidak ada satu bagian pun dalam kehidupan mereka yang tidak rusak oleh dosa (3:10-18). Status mereka pun sebagai orang-orang yang berdosa di hadapan Allah (3:19-20). Jadi, dosa membuat mereka menindas wahyu Allah.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan: manusia dihukum karena tidak menaati wahyu Allah. Ketidaktaatan ini disebabkan oleh keberdosaan mereka. Dengan kata lain, mereka dihukum karena mengikuti keinginan dosa dalam diri mereka. Mereka dihukum bukan karena belum pernah mendengarkan injil. Mereka dihukum bukan karena mendapatkan wahyu yang terbatas. Mereka dihukum karena dosa-dosa mereka.

Kebenaran di atas sekaligus memberi pencerahan terhadap keadilan Allah. Seandainya yang menjadi biang masalah adalah natur yang dosa, orang-orang yang memiliki wahyu khusus belum tentu mendapatkan keuntungan dari mereka yang hanya menerima wahyu umum. Bahkan mereka yang sudah mendengarkan injil saja belum tentu diuntungkan. Sebaliknya, mereka yang tetap menolak injil sekalipun sudah berkali-kali mendengarkan justru akan dihakimi secara lebih berat. Alkitab mengajarkan bahwa tingkat hukuman berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan. Lukas 12:47-48 mengajarkan: “Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut”. Kepada penduduk di beberapa kota yang tetap menolak Dia sekalipun Ia melakukan banyak mujizat di sana, Tuhan Yesus memberikan ancaman hukuman yang lebih berat daripada hukuman yang diterima oleh penduduk Sodom dan Gomora (Matius 11:20-24). Pendeknya, tahu banyak bukan berarti untung banyak. Masing-masing akan dihakimi berdasarkan wahyu Allah yang mereka sudah terima.

Jikalau manusia dihakimi menurut agama masing-masing, hal itu akan mendatangkan ketidakadilan. Masing-masing agama menerapkan tingkatan tuntutan kebaikan hidup yang berlainan. Ada yang sampai menolak segala bentuk kesenangan duniawi (kekayaan, seks, makanan, dsb), ada pula yang justru menjadikan kesenangan duniawi sebagai daya tarik. Lagipula, bagaimana dengan orang-orang atheis yang menganggap dirinya tidak beragama? Bagaimana mungkin mereka dihakimi berdasarkan agama mereka? Soli Deo Gloria.

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community