Apakah “bukan Tuhan” di 1 Korintus 7:12 dan “menurut pendapatku” di ayat 40 Menunjukkan Surat-surat Paulus Tidak Berotoritas?

Posted on 14/11/2021 | In Do You Know ? | Ditulis oleh Ev. Denny Teguh Sutandio | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2021/12/Apakah-bukan-Tuhan-di-1-Korintus-7-12-dan-menurut-pendapatku.jpg Apakah “bukan Tuhan” di 1 Korintus 7:12 dan “menurut pendapatku” di ayat 40 Menunjukkan Surat-surat Paulus Tidak Berotoritas?

Ketika kita mendengar seseorang bercerita kepada kita, “Aku barusan melihat seorang ibu tua yang berjalan ditabrak oleh pengendara motor di sebelah mobilku,” maka kita dapat menyimpulkan bahwa ia memang benar-benar melihat suatu peristiwa. Namun ia kemudian bercerita kepada kita, “Tapi menurut temanku yang ternyata berada di belakang mobilku, ibu tua yang ditabrak itu hanya lecet biasa.” Ketika ia menyebut “menurut temanku,” maka kita dapat menyimpulkan bahwa ibu tua yang lecet biasa itu dilihat oleh teman si pencerita, bukan si pencerita itu. Kasus ini tentu tidak menimbulkan persoalan penting karena baik menurut si pencerita maupun teman si pencerita, perkataan atau peristiwa yang dilihat dan dikatakannya tetap terjadi, namun hal ini akan menimbulkan permasalahan jika terjadi di dalam Alkitab. Ketika di 1 Korintus 7:10-11, Paulus mengutip perintah tegas Kristus (Mat. 5:32; 19:3-9) yang melarang suami dan istri bercerai, yaitu istri seharusnya tidak meninggalkan suaminya dan suami tidak boleh mengusir istrinya dengan maksud untuk menceraikannya, ia mengatakan, “bukan aku, tetapi Tuhan perintahkan.” Dari sini, kita menyimpulkan bahwa pengajaran Paulus memang berasal dari Tuhan. Namun di ayat 12, ia beralih kepada pertanyaan, apakah pasangan yang telah bercerai bebas untuk menikah dengan siapa pun, maka ia menjawab, “aku, bukan Tuhan, katakan.” Selain itu, di ayat 40, ia juga menasihati orang-orang yang ragu, apakah mereka seharusnya menikah atau tidak dengan memulai perkataannya, “menurut pendapatku, …” Apakah “bukan Tuhan” di ayat 12 dan “menurut pendapatku” di ayat 40 menunjukkan bahwa surat-surat Paulus tidak berotoritas? Mari kita menyelidikinya.

Sebagai orang Kristen, kita tentu percaya bahwa Alkitab diwahyukan Allah (2Tim. 3:16-17). Oleh karena itu, tulisan Paulus pun termasuk salah satu wahyu Allah. Ketika Paulus mengatakan di ayat 12, “aku, bukan Tuhan, katakan” tentu tidak berarti jawaban Paulus di ayat ini tidak termasuk firman Allah, tetapi jawaban Paulus bukan berdasarkan pengajaran Kristus secara eksplisit. Hal ini berbeda ketika ia menjawab tentang perceraian di mana ia dengan tegas mengutip firman Kristus sendiri di Matius 5:32 dan 19:3-9 yang melarang perceraian. Jawaban Paulus di ayat 12 memiliki dua kemungkinan, yaitu entah ia menjawab pertanyaan jemaat Korintus dengan kesimpulan atau aplikasi yang ia tarik dari firman Kristus tentang perceraian di Matius 5:32 dan 19:3-9 atau ia mendapat penyataan Allah yang khusus tentang hal ini. Dengan kata lain, ia membedakan antara larangan tegas terhadap perceraian yang jelas diajarkan Kristus di dalam Injil dengan kesimpulan yang logis dan yang perlu diambil Paulus (di bawah pimpinan Roh Kiudus) tentang keadaan menyedihkan tentang pasutri yang tidak cocok atau tidak harmonis (Gleason L. Archer, Hal-hal yang Sulit dalam Alkitab, 679 dan Alan F. Johnson, 1 Corinthians, 117).

Tentang 1 Korintus 7:40, Paulus menasihati para istri yang ragu apakah mereka seharusnya menikah setelah suaminya meninggal, ia memang berkata, “menurut pendapatku,” tetapi tentu saja dua kata ini tidak berarti ia ragu-ragu karena ia tidak mendapat penyataan Kristus. Ada beberapa bukti yang mendukung hal ini. Pertama, kata Yunani “pendapat” adalah dokō dari kata dokeō yang tidak menunjukkan adanya keraguan di dalam diri Paulus. Kata ini hanya menunjukkan pendapat pribadi Paulus dan bukti kerendahhatian Paulus (bdk. 4:9). Kedua, meskipun “pendapat” menunjukkan pendapat pribadi Paulus, ia menambahkan, “aku berpendapat, bahwa aku juga mempunyai Roh Allah.” Mengapa ia perlu menambahkan hal ini? Karena konteks jemaat Korintus, ada seseorang di Korintus memohon kepada Roh Kudus untuk mengajarkan ajaran selibat. Paulus menegaskan bahwa meskipun ia menyatakan pendapatnya (bukan memerintahkan) di ayat 40, pendapatnya itu tetap dipimpin oleh Roh Kudus (Archer, Hal-hal yang Sulit dalam Alkitab, 680, David E. Garland, 1 Corinthians, 344, dan Johnson, 1 Corinthians, 132).

Di semua surat Paulus, ada banyak penyataan Allah yang tidak pernah dibicarakan oleh Kristus ketika Ia berada di bumi. Hal ini tentu tidak berarti pengajaran Paulus tidak diwahyukan Allah. Semua pengajaran Paulus jelas diwahyukan Allah melalui Roh Kudus, sehingga pengajarannya berotoritas penuh seperti firman Kristus (Archer, Hal-hal yang Sulit dalam Alkitab, 679-680). Misalnya, ketika membahas tentang bahasa roh di 1 Korintus 14, semua pengajaran Paulus jelas berasal dari Allah (ay. 37), meskipun Kristus tidak pernah mengajar prinsip bahasa roh di semua Injil.

Apa signifikansi kita belajar hal ini? Kita belajar tentang otoritas Allah di dalam Alkitab baik yang diajar oleh nabi-nabi, Kristus, maupun para rasul. Oleh karena itu, tugas kita adalah menaatinya secara mutlak apa yang Ia wahyukan kepada kita melalui PL dan PB.

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Ev. Denny Teguh Sutandio

Reformed Exodus Community