Apakah Anak Sebaiknya Diperolehkan Mencoba Rokok atau Minuman Keras?

Posted on 07/08/2022 | In QnA | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2022/08/Apakah-Anak-Sebaiknya-Diperolehkan-Mencoba-Rokok-atau-Minuman-Keras.jpg Apakah Anak Sebaiknya Diperolehkan Mencoba Rokok atau Minuman Keras?

Salah satu kekuatiran yang muncul di pikiran orang tua pada saat anak mereka menginjak remaja adalah kecanduan terhadap berbagai hal. Banyak remaja bermasalah dengan kecanduan permainan elektronik (entah game biasa atau game online), pornografi, rokok, minuman keras, bahkan narkoba. Tidak heran para orang tua berusaha sedemikian rupa untuk mencegahnya.

Bentuk pencegahan bermacam-macam, mulai dari nasihat, teguran, ancaman, sampai hukuman. Salah satu bentuk antisipasi yang mungkin tidak lazim bagi sebagian orang adalah mendorong anak untuk mencoba tetapi dalam pengawasan orang tua. Melalui strategi ini orang tua biasanya justru mendapatkan hasil dan respons positif dari anak mereka. Para remaja merasa bahwa orang tua memiliki pikiran yang terbuka (tidak terlalu kolot). Pada gilirannya, mereka juga terdorong untuk terbuka kepada orang tua.

Persoalannya, sejauh mana orang tua perlu memberikan ruang untuk hal ini? Dalam kasus pornografi dan narkoba mungkin sedikit mudah untuk dijelaskan. Pornografi adalah dosa atau – paling tidak – sangat berpotensi menyebabkan kejatuhan ke dalam dosa. Tidak ada alasan untuk membenarkannya. Penjualan narkoba dilarang oleh negara, sehingga siapa saja yang membelinya juga sudah bersalah secara legal. Dalam kasus permainan elektronik, jawabannya juga lebih mudah. Bermain game memang tidak dosa. Yang dosa adalah kecanduannya. Sesekali mencoba bermain game jelas tidak salah.

Persoalan menjadi sedikit lebih rumit dalam kasus rokok dan minuman keras. Kita tahu bahwa merokok dan mengonsumsi minuman keras dapat mengakibatkan kecanduan. Dalam jumlah yang banyak, nikotin dan alkohol juga sangat membahayakan kesehatan tubuh. Sebagian orang tua kuatir bahwa memberi kesempatan kepada anak untuk mencoba pasti akan menyebabkan anak mengalami kecanduan. Itulah sebabnya orang tua dengan keras melarang anak untuk mencobanya.

Apakah larangan ini tepat? Ataukah lebih baik orang tua secara aktif memperkenalkan rokok dan minuman keras kepada anak mereka? Atau orang tua sebaiknya tidak mau tahu atau pura-pura tidak tahu sambil berharap bahwa anaknya tidak akan mencoba?

Sebelum menjawab pertanyaan ini kita perlu memahami terlebih dahulu bahwa yang paling penting bukan melarang atau memperkenalkan rokok maupun minuman keras kepada anak, melainkan memberi penjelasan kepada anak. Apapun pendekatan yang dilakukan, entah melarang atau memperkenalkan, anak perlu untuk diberi penjelasan yang benar dan relevan. Benar, dalam arti sesuai dengan iman dan ilmu. Relevan, dalam arti sesuai dengan pikiran dan pergumulan anak.

Sehubungan dengan poin relevan di atas, orang tua perlu mendiskusikan dengan anak tentang motif di balik tindakan merokok dan minum minuman beralkohol. Mengapa remaja atau pemuda suka melakukannya? Jawabannya bisa bermacam-macam. Ada yang ingin diterima oleh komunitasnya. Ada yang ingin terlihat keren dan gaul. Ada pula yang tidak ingin dihina sebagai orang yang lemah. Ada yang mencari pelampiasan dan kelepasan dari persoalan.

Beragam alasan ini seringkali kurang dipahami oleh orang tua. Larangan mereka lebih dikaitkan dengan dampak buruk rokok dan minuman keras bagi anak. Mereka terlalu menguatirkan akibat, tetapi tidak paham dengan penyebab. Pendekatan seperti ini terkesan kurang adil bagi anak-anak dan mudah dipatahkan oleh mereka. Kurang adil, karena tidak memberikan solusi bagi persoalan-persoalan yang menjadi alasan di baliknya. Mudah dipatahkan, karena anak masih sangat mudah sehingga dampak buruk tidak akan langsung terlihat.

Orang tua sebaiknya berfokus pada akar persoalan, bukan akibatnya. Anak ingin diterima dan diakui oleh komunitasnya merupakan kebutuhan yang wajar. Setiap manusia membutuhkan penerimaan dan pengakuan dari oang lain. Keluarga seharusnya menjadi pengejawantahan Injil yang memberikan penerimaan dan pengakuan tanpa syarat kepada anak. Jika anak merasa dikasihi di dalam keluarga, kebutuhannya untuk mendapatkan penerimaan dan pengakuan dari luar tidak akan terlalu besar. Jika anak sudah mengalami penerimaan dan pengakuan dari Allah melalui Injil, kebutuhan untuk diterima dan diakui oleh orang lain juga pasti dalam taraf yang sangat wajar. Anak tidak akan bertindak bodoh hanya untuk mendapatkan hal tersebut.

Hal yang sama dapat dikatakan tentang alasan pelampiasan dan kelepasan dari persoalan. Sebagian orang memang secara sengaja menenggelamkan diri dalam kecanduan sebagai pelarian dari tekanan. Jika keluarga menjadi tempat yang aman bagi anak-anak untuk menceritakan persoalan dan menemukan jalan keluar, kebutuhan untuk pelampiasan dan pelarian juga pasti sangat berkurang. Tekanan tetap muncul. Stres bisa saja datang. Namun, anak-anak memiliki cara untuk menghadapinya, yaitu berbagi persoalan dengan orang tua. Jika orang tua cukup bijaksana untuk mendengar dan memberikan jalan keluar, anak-anak tidak perlu menenggelamkan diri dalam kecanduan.

Sekarang kita akan menjawab pertanyaan utama di depan: Apakah anak sebaiknya diperbolehkan mencoba rokok dan minuman keras? Jika orang tua sudah menjalankan peranannya dengan baik – yaitu dengan memberikan penjelasan yang benar dan relevan seputar kecanduan – anak sebaiknya diperbolehkan mencoba tetapi dalam pengawasan orang tua. Lebih baik lagi, orang tua mengambil inisiatif untuk mengijinkan anak mencoba di depan mata mereka. Setelah mencoba, anak bisa diajak berdiskusi tentang rasa dan sensasinya. Apa yang mereka sukai dan tidak sukai dari rasa maupun sensasinya? Mengapa? Tutuplah diskusi dengan mengingatkan kembali tentang keutuhan dan kenikmatan hidup di dalam Kristus. Soli Deo Gloria.

Photo by Ali Dadras on Unsplash
https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community