Apa Yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Mengunggah di Internet atau Medsos?

Posted on 07/02/2021 | In QnA | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2021/03/Apa-Yang-Perlu-Dipertimbangkan-Sebelum-Mengunggah-di-Internet-atau-Medsos.jpg Apa Yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Mengunggah di Internet atau Medsos?

Perkembangan teknologi menyediakan beragam peluang dan tantangan, manfaat dan mudarat. Hal yang sama berlaku dalam dunia maya (internet) dan media sosial (medsos). Di satu sisi, jangkauan dan kemudahan memberikan keluasan dan efisiensi. Hanya dengan usaha sedikit, dampak yang diberikan bisa begitu jauh. Di sisi lain, dampak yang ditimbulkan juga buruk dengan keluasan dan efisiensi yang sama.

Ada banyak aspek yang perlu dibicarakan sehubungan dengan dua kemungkinan di atas. Dalam artikel ini kita hanya akan berfokus pada satu pertanyaan saja, seperti yang tertulis di judul. Apa saja yang perlu diperhatikan sebelum kita mengunggah sesuatu di internet atau medsos.

Yang perlu dipertimbangkan pertama adalah tujuan. Sebuah unggahan pasti didorong oleh suatu alasan maupun tujuan, entah itu sepele atau serius. Alasan atau tujuan ini juga beragam: dari memberikan hiburan, menunjukkan keisengan, membagikan informasi sampai menyediakan pengetahuan. Pada dirinya sendiri tidak ada yang salah dengan tujuan ini. Walaupun demikian, sebagai seorang Kristen kita perlu mengarahkannya untuk kemuliaan Allah. Tanyakanlah kepada diri sendiri: Bagaimana unggahan ini akan membawa kemuliaan bagi Allah (1Kor. 10:31)? Kita memang tidak harus selalu terkesan spiritual dengan jargon-jargon khas kekristenan, tetapi apapun substansi unggahan harus melayani kemuliaan Allah di muka bumi.

Motivasi juga seharusnya menjadi bahan pertimbangan. Sebuah alasan atau tujuan yang benar bisa saja digerakkan oleh motivasi yang keliru. Sebagai contoh, Simon, mantan penyihir di Samaria, ingin bisa mendoakan orang lain menerima tanda ajaib dari Roh Kudus, tetapi keinginan itu digerakkan oleh hati yang jahat (Kis. 8:18-23). Kesalahan serupa sering terdeteksi di medsos. Seseorang mungkin ingin berbagi kesaksian bagaimana Allah telah menolong dia atau membuat anaknya berprestasi, tetapi unggahan itu bisa digerakkan oleh kesombongan (ingin pamer).

Pertimbangan yang matang juga perlu diberikan pada aspek kebenaran. Apa gunanya tujuan dan motivasi yang benar kalau yang diunggah tidak mengandung kebenaran? Pastikan substansi unggahan sesuai dengan logika, fakta dan ajaran di Alkitab kita. Kita harus berhati-hati agar tidak dikoreksi dan selalu membuka diri untuk diverifikasi oleh bukti maupun argumentasi. Ingatlah bahwa kita perlu menyerahkan diri untuk dipertimbangan oleh semua orang (2Kor. 4:2).

Hal berikutnya adalah dampak. Memprediksi dampak sebuah unggahan tidak mudah. Pembaca atau penonton sangat heterogen. Mereka juga mengakses unggahan itu dalam situasi dan konteks yang berlainan pula. Unggahan yang sama bisa dipersepsi berbeda oleh orang-orang yang berbeda. Sesuatu yang memiliki tujuan baik dan digerakkan oleh motivasi yang baik kadangkala berdampak buruk jika tidak disampaikan dengan baik. Setiap unggahan harus memiliki kepekaan terhadap perbedaan supaya tidak menjadi batu sandungan. Menimbulkan ketidaksetujuan kadang tidak terelakkan, tetapi menjadi batu sandungan perlu dijauhkan. Apa yang benar dan diperbolehkan bukan berarti harus dilakukan. Kita harus menjaga supaya kebebasan kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain (1Kor. 8:9). Sebaliknya kita menjadi segalanya bagi semua orang (1Kor. 9:19-23). Gunakanlah bahasa yang santun dan inklusif, terutama pada saat unggahan kita mungkin terkesan ofensif dan sensitif bagi orang lain.

Mengontrol perasaan juga patut dipikirkan. Setiap unggahan merupakan undangan bagi orang lain untuk berkomentar. Yang tidak siap menerima masukan atau kritikan ya tidak usah mengungkapkan sesuatu di ranah publik. Dunia maya bukanlah tempat permainan bagi mereka yang suka terbawa perasaan. Jagalah hati dari semua yang jahat (Ams. 4:23; Mat. 15:19). Pikirkan perkataan yang tepat dan lemah-lembut (2Tes. 3:15; 2Tim. 4:2). Pikirkan juga waktu yang tepat untuk menjawabnya (Ams. 25:11).

Hal terakhir yang perlu dipertimbangkan adalah aturan legal. Pemerintah sudah menetapkan undang-undang informasi dan transaksi elektronik (UU ITE). KUHP juga mengatur beberapa hal yang sering dilanggar dalam komunikasi di dunia maya, misalnya pasal pencemaran nama baik atau ujaran kebencian. Sebagai warga negara yang baik, kita patut memerhatikan dan menaati semua aturan legal ini (Rm. 13:1-7). Hindarilah konten yang bisa memicu konflik SARA (penistaan agama, diskriminasi rasial, stereotipe negatif terhadp kelompok tertentu, dsb). Hindari konten pornografi. Kuncinya adalah ini: “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu” (Flp. 4:8).

Kiranya kita menjadi lebih bijak dalam berkomunikasi di dunia maya. Kiranya kita juga tidak terlalu takut atau kuatir mengoptimalkan internet dan medsos sebagai sarana pelayanan. Soli Deo Gloria.

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community