Apa yang Kristus Maksudkan Ketika Ia Berfirman Bahwa Manusia adalah “allah” Di Yohanes 10:34?

Posted on 05/09/2021 | In Do You Know ? | Ditulis oleh Ev. Denny Teguh Sutandio | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2021/09/Apa-yang-Kristus-maksudkan-ketika-Ia-berfirman-bahwa-manusia-adalah-allah-di-yohanes-10-34.jpg Apa yang Kristus Maksudkan Ketika Ia Berfirman Bahwa Manusia adalah “allah” Di Yohanes 10:34?

Zaman kita dipengaruhi oleh banyak konsep dunia yang melawan Allah, salah satunya Gerakan Zaman Baru yang mengatakan bahwa kita adalah ilah-ilah kecil. Lalu, kita membaca Alkitab khususnya Yohanes 10:34 di mana Kristus berkata bahwa manusia adalah “allah,” kita mungkin bertanya, apakah Kristus sedang mengajarkan Gerakan Zaman Baru? Jika tidak, lalu apa artinya?

Ketika kita membaca perkataan Kristus di Yohanes 10:34, maka kita tahu bahwa Ia mengatakan hal ini setelah orang-orang Yahudi berdebat dengan Kristus dan hendak melempari-Nya karena pernyataan-Nya yang menurut mereka kontroversial, “Aku dan Bapa adalah satu” (ay. 30). Mengapa mereka hendak melempari Kristus? Karena mereka menganggap bahwa ketika Kristus berkata bahwa Dia dan Bapa adalah satu, Ia menghujat Allah dan menyamakan diri-Nya dengan Allah, padahal Kristus menurut mereka hanyalah seorang manusia (ay. 33). Menanggapi perkataan orang-orang Yahudi, Kristus berfirman, “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah?” (ay. 34). Kalau kita membaca catatan kaki dari Yohanes 10:34, maka kita membaca bahwa ayat ini memiliki referensi PL yaitu di Mazmur 82:6. Ketika Ia mengutip Mazmur 82:6, maka Ia sebenarnya mengajar mereka bahwa PL adalah Kitab Suci yang mereka yakini tidak mungkin menyesatkan karena tidak mungkin dibatalkan (Yohanes 10:35). Lalu, apa isi Mazmur 82:6?

Di dalam Mazmur 82:1 dan 6 terdapat dua penyebutan kata “allah” selain Allah yang Mahakuasa. Apa yang dimaksud “allah”? Siapakah “allah” itu? Di dalam teks Ibrani, tidak ada penggunaan huruf besar atau kecil di depan satu kata Ibrani seperti bahasa Indonesia (“allah” vs “Allah”). Kedua kata yang diterjemahkan “allah” dan “Allah” sama-sama menggunakan kata Ibrani ’ělōhîm, lalu apa bedanya antara “allah” dan “Allah”? Perbedaannya adalah “Allah” jelas adalah Allah yang disebut “Mahatinggi” (Ibr.: ‘elyôn) (ay. 6), sedangkan “allah” merujuk pada “anak-anak Yang Mahatinggi” (ay. 6). Dari sini, kita sudah memahami bahwa “kamu adalah allah” tidak mengandung konsep Gerakan Zaman Baru.

Pertanyaan selanjutnya, siapakah “allah” atau “anak-anak Yang Mahatinggi”? Ada berbagai tafsiran siapakah “allah”: Pertama, para penguasa non-Israel yang menundukkan Israel. Tafsiran ini tidak dapat dipertanggungjawabkan karena Mazmur 82 tidak menyebut nama “Israel” sekalipun. Kedua, hakim manusia. Tafsiran ini termasuk tafsiran tradisional yang juga dipegang oleh John Calvin, Keil and Delitzsch, dan Gleason L. Archer (Willem VanGemeren, Psalms dan Gleason L. Archer, Hal-hal yang Sulit dalam Alkitab, 637). Tafsiran ini kurang tepat karena jika “allah” merujuk pada hakim manusia, mengapa di ayat 1, Asaf menyebutkan “sidang ilahi”? Permasalahan berikutnya adalah “allah-allah” ini akan mati seperti manusia (ay. 7) (Allen P. Ross, A Commentary on the Psalms, 42-89, 717-718). Tafsiran berikutnya adalah dunia roh. Dengan kata lain, hakim manusia merupakan agen makhluk supranatural/roh yang ditugaskan ke berbagai daerah untuk memastikan bahwa keadilan akan menang (lihat 1 Raja-raja 22:19-22; Ayub 1:6-12; 2:1-6; Daniel 7:9-10; 10:13, 20-21). Makhluk-makhluk malaikat ini diberi tanggung jawab untuk mengawasi apakah masyarakat manusia benar-benar bertanggung jawab (lihat Ulangan 32:8-9). Namun, banyak dari mereka gagal untuk mematuhi perintah ilahi dan menjadi kekuatan jahat dari bangsa-bangsa melalui dewa-dewa mereka (misalnya, Yehezkiel 28:11-19; dan Daniel 10). Kehendak mereka yang jahat dijalankan oleh agen manusia dan mereka bertanggung jawab atas orang-orang yang mereka tempatkan dan pakai. Karena kegagalan mereka untuk menegakkan keadilan, mereka akan menerima hukuman yaitu kematian (Ross, A Commentary on the Psalms, 42-89, 718-719). Dari ketiga tafsiran ini, Allen P. Ross menyimpulkan bahwa “allah-allah” merujuk baik pada hakim manusia maupun kekuatan supranatural di belakang mereka (Ross, A Commentary on the Psalms, 42-89, 719). Intinya adalah “allah-allah” merujuk pada “kepada siapa firman itu disampaikan” (Yohanes 10:35) yaitu “mereka yang dipanggil oleh Allah untuk berbicara atau bertindak dalam nama-Nya” (Herman N. Ridderbos, Injil Yohanes: Suatu Tafsiran Theologis, 407). Dengan kata lain, Mazmur 82:1-8 merupakan celaan Allah kepada para hakim manusia dan kekuatan supranatural mereka yang seharusnya menjadi pembawa berita Allah ternyata menjadi anak buah setan dengan berlaku tidak adil.

Dari Mazmur 82 di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa para pembawa berita Allah yang telah menyeleweng itu diberi status oleh Allah sebagai anak-anak Allah, sehingga mereka memiliki status turunan sebagai anak-anak Allah, bukan status asli (Archer, Hal-hal yang Sulit dalam Alkitab, 638). Kesimpulan ini mengarahkan kita menyimpulkan bahwa di Yohanes 10:34-36, Kristus ingin berkata kepada orang-orang Yahudi, “Jika para pembawa Firman Allah saja disebut anak-anak Allah, padahal mereka adalah anak-anak Allah karena Allah yang memberikannya (status turunan), maka Aku yang diutus Bapa menjadi pembawa berita Bapa juga berhak menyandang status Anak Allah. Lha, kenapa kalian malah bilang ke Aku bahwa Aku menghujat Allah. Situ waras?”

Photo by Aaron Burden on Unsplash
https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Ev. Denny Teguh Sutandio

Reformed Exodus Community